2.1
Sejarah
Gamelan
Di Bali di temukan sebuah prastasti yang menyebutkan ada
istilah musik atau gamelan yaitu prastasti Bebetin yang antara lain bunyinya:
Pande
mas, pande besi, pande tembaga, pemukul (juru tabuh
benyi-bunyian), pagending (biduan),
pabunjing (penari), papadaha (juru gepek), pabangsi (juru rebad),
partapuka (tapel-topeng), parbwang (wayang)
turun dipanglapuan Singhamandawa (di
buat oleh pegawae di Singhamandawa), di
bulan besksha (bulan ke X), hari
pasaran Wijaya manggala, tahun caka 818 atau 896 Masehi, yaitu pada pemerintahan raja Ugrasena di Bali
Dalam perkembangan-perkembangan
sejarah di mana sejak abad ke VIII sampai pada abad ke XVIII adanya kontak
antara Jawa dan Bali yang menyebabkan terbawanya banyak barang-barang kesenian,
khususnya gamelan, kendatipun berupa instrument yang terpisah. Bentuk gamelan
yang di buat dari besi. Dan bergai jenis-jenis Gong yang ada di Bali merupakan
instrument kebudayaan Asia Tenggara yang tergolong kebudayaan Melayu Kuna.
(Bandem I Made, 1986)
Berarti gamelan yang ada di bali sudah
ada sejak jaman dulu, karena dengan bukti adanya prastasti Bebetin yang
berangka tahun 896 Masehi. Dan gamelan Bali dipengaruhi pula oleh kebudayaan
dari Jawa. Berarti gamelan yang ada di Bali ini tidak murni dari Bali saja,
namun sudah adannya instrument-instrumen gamelan dari Jawa. Makanya gamelan di
Bali dengan di Jawa hamper mirib. Hanya saja nada yang di lantunkan
berdeda-beda. Bila di cermati Gamelan di Bali lebih cepat di Bandingkan Gamelan
yang ada di Jawa.
2.2
Fungsi Gamelan Di Bali
Ada beberapa fungsi dari gamelan yang ada di
Bali, diantaranya: berfungsi untuk mengiringi upacara keagamaan, hiburan,
presentasi yang artistik, ( Bandem I Made. 1986:46). Dimana gamelan befungsi
mengiri upacara yaitu gamelan mengiri upacara yang sedang di laksanakan. Dalam
upacara Dewa Yajna sudah pasti gamelan yang di pakai itu adalah
Gong. Dan gong ini akan mengiringi jalannya pelaksaan upacara dengan berbai
jenis tetabuhan, dan mengiringi tarian sakral yang di pentaskan pada saat
upacara berlangsung. Dan dalam upacara Pitra
Yajna gamelan yang di gunakan itu
adalah Angklung dan Gambang. Yang mengiri jalannya pelaksanaan upacara
tersebut. Pada saat penguburan, pembakaran atau pada saat pengabenan. Dan
fungsi gamelan sebagai hiburan, yaitu di adakannya pertunjukan gamelan, atau
gamelan itu mengiringi tarian hiburan maka gamelan itu berfungsi sebagai
hiburan karena dapat menghibur masyarakat. Dan sebagai presentasi artistik
yaitu dengan mengadakan lomba-lomba guna menambah semangat serta wawasan dalam
gamelan tabuh. Dan gamelan juga dapat befungsi sebagai pengiring sebuah tarian.
2.3 Jenis-Jenis Gamelan di Bali
Banyak jenis
gamelan yang di Bali yang di kelompokan ke dalam tiga kelompok, atau di
golongan yaitu : gamelan tua, gamelan madya, dan gamelan baru.
Gamelan Tua, yaitu : Saron, Selonding Kayu, Gong Besi, Gong
Luwang, Slonding Besi, Angklung Kalentang, Gender Wayang.
Gamelan Madya, yaitu : Pengambuhan, Semarpagulingan, Pelegongan,
Bebarongan, Joged Pingitan, Gong Gangsa jongkok, Babonangan, Rindik Gndrung.
Gamelan Baru, yang yaitu : Pengarjaan,
Gong kebyar, Pejangeran, Angklung bilah 7, Joged Bung-bung, Gong Suling.
(Dokumentasi Tabuh-Tabuh Bali Klasik.2000:8)
2.3.1
Gamelan tua
2.3.1.1 Gamelan
Gambang
Gamelan ini yang
sering di pergunakan pada waktu upacara Pitra Yajna ”ngaben” di Bali. Dan kadangkala di Daerah-daerah
Karangasem gamelan Gambang dapat di pergunakan untuk mengikuti upacara lainnya.
(Dokumentasi Tabuh-Tabuh Bali Klasik.2000)
2.3.1.2 Saron
Nama lain dari Gambelan Luang. Yang terdiri satu oktaf
di pasang di atas resonator kayu yang di pukul dengan sebuah panggul seperti
saron yang terdapat Gong Luang. . (Bandem Imade. 1986: 46).
2.3.1.3 Slonding
Besi
Gamelan sacral yang terbuat dari
besi yang hanya terdapat di Daerah Karangasem yaitu di Desa Tenganan
Pegringsingsn dan di Desa Bongaya. Kata Slonding berasal dari kata Salon dan
Ning yang berarti tempat suci. Dan dilihat dari fungsinya bahwa gamelan
Slonding adalah sebuah gamelan yang dikeramatkan atau disucikan. (Bandem Imade.
1986: 53). Suara Salonding Sakral sebagai Suara Pranawa.
Gambelan Salonding adalah gambelan Kuno yang paling sakral
dalam melengkapi upacara keagamaan (Hindu) di Bali yang berlaras pelog Sapta
Nada, contohnya seperti Selonding yang ada di Trunyan, di Bugbug, Tenganan,
Ngis Selumbung , Timbrah, Asak, Bungaya, Besakih, Selat, Bantang dan
lain-lainnya. Dalam konteks Desa Adat Bugbug, Selonding (yang disimpan di
dekat Pura Piit Bugbug) ini selalu mengiringi prosesi upacara besar di
Pura-pura di Bugbug, seperti Usaba Sumbu dan rangkaian Usaba Gumang di Bukit
Juru. Dan Para penabuhnyapun bukanlah orang sembarangan. Dan Selonding merupakan gamelan
Bali yang usianya lebih tua dari gamelan-gamelan yang kini populer dipakai
dalam kesenian maupun dalam upacara adat dan agama. Dan
kebesaran dari Jaman Bali kuno, sampai pada akhir abad XX ini gambelan
Salonding itu tetap mendapat tempat yang paling sakral dalam upacara agama. :
http://forum.isi-dps.ac.id.
Bahwa Gamelan Salonding dari masa ke masa, ternyata
penggunaannya tidak pernah lepas dari kegiatan-kegiatan upacar keagamaan masyarakat Bali, yang merupakan
gamelan yang usianya tua dan di sakralkan. Karena tidak terdapat di semua
Daerah yang ada di Bali, hanya terdapat di Daerah Karangasem.
2.3.1.4 Gambelan
Gong Luwang
Gamelan sacral yang di pergunakan
untuk mengiringi upacara kematian (ngaben). Di Bali masih ada beberapa gamelan
Luwang yang masih aktif yaitu di Desa Apuan, Sesah (Singapadhu-Gianyar),
Tangkas (Klungkung), Krobokan (Badung), Kasiut (Tabanan), dan Gelulung
(Sekawati-Gianyar). Bentuk gamelan Luwang sama dengan gamelan Gong Kebyar, yang
hanya terdiri dari 8 atau 9 dari 25-30 instrument gong Kebyar. Dan gamelan
Luwang terdiri dari lagu-lagu
(gending-gending), seperti: Ginada, Pandji Marga, Lilit, Kebo Dungkul,
Angklungan dan yang lainnya. (Bandem I Made, 1986 : 34)
2.3.1.5 Gambelan
Angklung
Gamelan yang tergolong tua dan dipergunakan untuk
mengiringi upacara upacara Ngaben. Nama angklung berasal dari angklung bambu
sejenis instrument yang juga digunakan dalam barungan. Angklung mempunyai 4
bilah dan sekaligus mempunyai 4 nada. Dan ada pula jenis angklung yang
mempergunakan 7 nada yang terdapat di Bali Utara, yang di sebebut dengan
Gamelan tembang Kirang. Tembang kirang di samping untuk mengiringi upacar
kematiaan juga di pergunakan untuk mengiringi tarian-tarian upacara seperti : Rejang
dan Baris. (Bandem I Made. 1986 : 1). Gamelan aklung tergolong gamelan yang
tua, dan bisa juga di katakana sacral karena memiliki fungsi yaitu mengiri
upacara Pitra Yajna (ngaben). Dan
hampir semua Daerah di Bali menggunakan gamelan Angklung untuk mengiri upacara
kematian.
2.3.1.6 Gender
Wayang
Adalah gamelan yang di pakai unutk mengiringi
pertunjukan wayang kulit purwa di Bali. Gamelan gender wayang diklarifikasikan
kedalam music golongan tua yang terdiri dari dua sampai empat buah gender,
dengan memakai 10 bilah da berlaras slendro.
Dan jika untuk mengiringi wayang Wong, gender-gender tersebut di tambah
dengan sepasang kendang, sebuah kempul, ceng-ceng, kajar, kelenang, dan
beberapa alat pukulnya. Dan didalam
pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasnya memakai kurang lebihnya 10
jenis motif gending. Dan ada pun jenis-jenis gending tersebut yaitu:
1
Petegak
Di
dalam gending-gending petegak ini terdiri dari berjenis-jenis komposisi Kuna
dan Baru : gending Sekati, Sekar Genota, Sekar Sungsang, dan lain-lain.
2
Pemungkah
Gending
ini sangat panjang biasanya dari 45-60 menit dan terdiri dari bermacam-macam
gending seperti : Gending Brayut, Tulang-Lindung, Jojor, Omang-omang. Pemungkah
ini mengiringi dalang di dalam melakukan hal-hal seperti : pesembahyangan,
pemungkah kropak, dalang memulai pertunjukan Wayang, dan dalang menaruh gunug
di sebelqah kanan.
3
Petangkilan
Dalam
pertunjukan lengkapa dengan dua gending yaitu : Arum dan Rundah.
4
Pengalang Ratu
Merupakan
pendahuluan dan pengenalan masing-masing tokoh didalam pewayangan dan di pakai
sebelum di alog di mulai.
5
Angkatan-angkatan
Gending yang bebrbentuk astinato
dan terdiri dari 8 ketut.
6
Rebong
Sebagai eksprisi romantic di dalam
pewayangan, yang terdiri dari 2 yaitu tenang dan hidup.
7
Tangis
Dalam mengiri suasana sedih dan ada
dua macam yaitu : Masem yaitu gending suasana sedih dan Bendhu Semara, yaitu
untuk mengiri tokoh keras dan gagah.
8
Tunjang
Gending-gending ini berkarakter keras
dan dipakai untuk mengiri para raksasa.
9
Banttel
Lagu ini berbentuk ostinato yang
terdiri dari dua nada. Suasanya sangat bersemangat dan di pakai untuk mengiri
adengan perang.
10
Panyudamala
Gending
ini di mainkan setelah pertunjukan wayang, untuk pengeruwatan dan biasannya
diawali dengan sebuah gending tabuh gari. (Bandem Imade. 1986: 19-21).
2.3.2
Gamelan
Madya
2.3.2.1 Gamelan Gambuh
Sebuah gamelan untuk mengiringi drama tari Gambuh, dan
merupakan sumber dari beberapa gamelan yang ada di Bali. Seperti nada, gambelan
Gambuh masih terdengar pada gamelan-gamelan lainnya seperti : Smarpagulingan,
gamelan Pelegongan, gamelan Bebarongan, gamelan Pearjaan, gamelan Gong Kebyar
dan yang lainnya. Dan gending-gending pada Gambuh terdiri dari dua ko
komposisi, yaitu pengawak dan pengecet. Gending-gending Alus di pakai pada
pengawak, dan di ikuti dengan pengcet atau bentuk-bentuknya A dan B. Sedangkan
gending-gending keras di mulai denfan pengecet, pengawak. Dan pengecet atau
yang di sebut dengan bebatuaran pengadeng. (Bandem Imade. 1986:11). Gamelan
gambuh ini bisa dilongkan sebagai hiburan karena di lihat dari fungsinya yaitu
: untuk mengiringi beberapa macam Drama Tari. Karena Drama Tari itu sifatnya
hiburan atau yang biasa di katakana sebagi pertunjukaan. Gamelan Gambuh ini
juga memiliki peran yang sangat penting Drama Tari yang sedang dipentaskan.
Karena gamelan Gmabuh ini sebagi music pengiring dari cerita, yang memperkuat
alur cerita. Misalnya dalam Drama Tari
Pengarjaan atau Drama Gong. Apabila yang keluar itu Raja atau Putri, maka
gamelannya akan berbeda dengan yang lainnya. Biasanya lebih lembut. Namun kalau
yang keluar itu adalah Agung Buduh, maka gamelannya pun akan keras.
2.3.2.2
Semarpagulingan.
Adalah relasi untuk Raja-raja jaman dulu, teletak
antara gamelan Gambuh dan Legong. Smarpegulingan di pakai untuk mengiringi
Raja-raja sewaktu di peraduan yang juga mengiringi tari Legong dan Gandrung
yang semula di lakuakan oleh abdi-abdi Raja. Gamelan Smarpegulingan memakai
laras pelog 7 nada, terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada pemero. (Bandem Imade.
1986:52).
Kesamaan unsur-unsur gamelan pegambuhan
dengan gamelan smar pagulingan yang paling menonjol adalah kesamaan ini secara
otomatis menyangkut sebagian besar unsur musikal terutama unsur lagu ,
pola melodi dan ritme,dinamika juga pola permainan instrumen-instrumen pengatur
matra dan instrumen-instrumen ritmis. Kesamaan yang lain adalah penggunaan
sebagian besar instrumen ritmis dan pengatur matra. Beda penggunaan
instrumen dalam gamelan smarpagulingan dengan gamelan pengambuhan hanya
terletak pada instrumen-instrumen melodisnya. Kalau gamelan pengambuhan
menggunakan suling besar, gamelan smarpagulingan menggunakan trompong dan keluarga
gang ( saron yang digantung) sebagai instrumen melodis. Rebab yang dalam
gamelan pengambuhan sebagai pemegang melodi pokok bersama-sama suling,
dalam gamelan smarpagulingan hanya untuk memperkaya dan memperpanjang durasi
melodi. Pola permainan rebab dan suling dalam gamelan smar pagulingan telah
mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi-melodi pokok yang dimainkan
oleh trompong.
Trompong dan Gangsa sebagai instrumen melodis dalam
gamelan Smarpagulingan dapat digunakan untuk memainkan hampir semua repertoar
pengambuhan berikut dengan ragam patetnya. Trompong adalah instrumen bermoncol
(masuk keluarga gong), yang ditempatkan berjejer mulai dari yang bernada
rendah hingga yang tertinggi. Dalam satu pangkon terdiri dari 14-16 moncol
satu nada. Gamelan Smarpagulingan juga memiliki sistem pelarasan pelog tujuh
nada ( saih pitu),ini berarti ada dua oktaf (gemyangan) nada dalam instrumen
trompong tersebut.instrumen –instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada
terendah seperti jegogan,jublag,gangsa pemade,dan gangsa kantilan dalam satu
pangkon hanya terdiri dari tujuh bila nada.
Kesamaan jenis, bentuk fisik, ukuran instrumen dan
fungsi terhadap perangkatnya secara langsung menyebabkan cara memainkannya juga
sama. Lain halnya dengan instrumen melodis pada gamelan Smarpagulingan sangat
berbeda dengan instrumen melodis gamelan pengambuhan, yang ini tentu
menyebabkan cara permainan instrumen yang berbeda pula. Kalau dalam gamelan
pengambuhan instrumen melodis pokok dimainkan dengan cara ditiup,dalam gamelan
Smar Pagulingan instrumen melodis pokok(trompong) dimainkan dengan cara dipukul
dengan sepasang panggul (alat pemukul) .
Kesamaan bentuk
musikal terutama repertuar lagu dan hubungkait antara gamelan Smarpegulingan dengan
gambelan pegambuhan juga diperkuat oleh deskripsi yang terdapat dalam lontar
Prakempa dan Aji Gurnita sebagai berikut:’’nyata gegambelan
semar pegulingan ngaran semara aturu,gendingnya pegambuhan maka gegambelan
barong singa’’(Dan itu gamelan semar pegulingan artingya atau bernama semara
aturu,lagunya pegambuhan untuk mengiringi tari barong singa). gamelan semar
pegulingan di Bali bukanlah gamelan khusus iringan tari tertentu. Gamelan semar
pegulingan biasanya dimainkan sebagai musik protokoler pada upacara-upacara
adat dan keagamaan selain itu tari barong singa.
Adanya kesamaan
hampir semua repertuar lagu pegambuhan dengan gamelan semar pegulingan bukan
berarti gamelan semar pegulingan tidak memiliki ciri musikal. Perbedaaan jenis,
bentuk, bahan, dan tekhnik permainan instrumen-instrumen melodi Smarpegulingan
menyebabkan lagu-lagu pegambuhan menyesuaikan diri dengan medianya yang baru.
Gamelann pegambuhan dan semar pegulingan sama-sama
menganut sistem pelarasan pelog tujuh nada. Apabila gamelan pegambuhan mampu
menurunkan lima macam patutan (patet). Kelima patet tersebut memiliki nama yang
sama dengan tetekep yang ada pada gamelan pegambuhan yaitu patet slisir, tembung,
sundaren, baro, dan patet lebeng. Prinsip patet kedua gamelan pada dasarnya
sama, yaitu pada nada yang jumlahnya tujuh terbagi menjadi dua macam yaitu lima
nada pokok dan dua nada pemero. Karakter masing-masing patet dalam gamelan Smarpegulingan
kendatipun telah berbeda warna musikalnya dengan pegambuhan ternyata juga dapat
menampilkan kesan yang serupa. Seperti misalnya patet slisir berkarakter
halus,tembung berkarakter keras,dan patet sundaren berkarakter antara halus dan
keras. www.smarpegulingan.com
Jadi banyaknya unsur kesamaan
antara gamelan Smarpegulingan dan gamelan Pegambuhan menyebabkan gamelan Smarpegulingan
ini juga sering digunakan untuk mengiringi drama tari Gambuh. Bila dari
fungsinya antara Smarpagilingan dengan Gambuh, yaitu Gamelan yang ditujukan
guna mengiri Drama Tari dalam Gamelan Pegambuhan dan untuk mengiringi Raja-raja
dalam Smarpagulingan. Makan di antar
keduanya memilki kesamaan dan dapat pula Smarpagulingan di pakai mengiri Drama
Tari, seperti saat Raja keluar. http://www.smarpagulingan.isi-dps.ac.id.
2.3.2.3 Pelegongan.
Gambelan pelegong yaitu salah barungan
gamelan Bali yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian legong keraton.
Gamelan ini memakai panca nada. Dan gamelan ini menyerupai Smarpagulingan dan
Gambuh. Dan adapun gending-gending Lelegongan yang masih terpelihara,
antaralain: Lasem, Pelayon, Candra Kanta, Kuntir, Kuntul, Jobog, Guak Macok,
Legod Bawa, Tangis, Kupu-kupu Tarum, Brahmara, Semarandana, Gedung Melati, dan
lagu-lagu lain seprti Gambangan. (Bandem
I Made. 1986:15)
Kesatuan barungan
ini terdiri dari pada jumlah alat-alat yang mempnyai nama-nama tersendiri dan
fungsi terhadap kesatuan barungannya. Jenis alat yang pernah dipakai atau
samapai kini masih dipergunakan untuk menjadikan barungan gamelan pelegongan.
Gamelan pelegongan itu kalau dilihat bangun instrumennya
kemudian bentuk-bentuk lagunya yang menunjukan ciri-ciri keasliannya ,maka
dapatlah diyakinkan bahwa gamelan pelegongan itu tidak termasuk pada kelompok
gamelan-gamelan jaman kono (gamelan tua) di Bali. Gamelan pelegongan itu baru
ada setelah adanya gamelan semar pegulingan yang berlaras pelog tujuh nada.
Dengan majunya perkembangan yang
diiringi dengan gamelan gong kebyar menyebabkan gamelan pelegongan itu tedesak
sehingga banyak yang dilebur dijadikan gamelan gong kebyar. Tari-tarian yang
diiringi dengan lagu-lagu gong kebyar sebagian besar dasar-dasar tariannya
diambil dari legong yang suah ada sebelumnya. http://www.pelegongan.isi-dps.ac.id.
2.3.2.4 Bebarongan.
Pengikitut, tromping kecil atau gender kecil yang
nadanya satu oktaf tinggi dari instrument yang mendahuluinya. (Bandem I Made.
1986:2). Gamelan Barong pada umumnya fungsinya untuk mengiri tarian Barong.
Yang biasanya gamelan ini berisi cerita karena tarian barong ada yang bericita.
Gamelan barong mengikuti cerita dari barong yang di tarikan. Pada saat perang
maka gamelannya keras. (Bandem I Made. 1986:2).
2.3.2.5 Joged
Pingitan.
Joged Pingitan
adalah gamelan bamboo yang berlaras pelog di pergunakan untuk mengiringi tari
Joged Pingitan atau gandrung. Gamelan joged pingitan sama dengan gamelan
Gandrung. ( Bandem I Made. 1986 : 14,44 ). Jadi gamela Jogen Pingitan, yang
ditarikan di pura atau tempat yang tertentu, dan bukan untuk hiburan seperti
tarian Joged yang biasa.
2.3.2.6 Gong
Gangsa jongkok.
Sebutan umum untuk instrument-instrumen seperti gender,
giying, pemade, kantil, jublag, dan jegogan. Ada dua jenis gangsa yaitu gansa
gantung(bilahnya di gantung) dan gangsa jongkok(bilahnya dipaku pada resonator).
(Bandem I Made. 1986:17).
2.3.2.7 Babonangan.
Nama lainnya adalah ponggang atau babonangan, sebuah
barungan yang terdiri dari beberapa instrument pukul yang memakai pencon,
seperti reong, trompong, kajar, kempli, kempur, dan gong. Gamelan bonang
memakai dua buah kendang yang dimainkan memakai panggul. Adapun repertoire dari
gamelan bonang ini ialah sejenis lagu-lagu gilak, dimana trompong baik fungsi
sebagai pembawa melodi, kendang sebagai pemurde irama, kajar, kempli, kempur,
dan gong sebagai pemangku lagu sedangkan reong memainkan kotekan. Gamelan
bonang dipakai untuk mengiringi pawai adat. (Bandem I Made. 1986:4).
2.3.2.8 Rindik
Gandrung.
Rindik adalah
gamelan bamboo yang berlaras pelog di pergunakan untuk mengiringi tari Gandrung
atau Joged Pingitan. Dan Gandrung adalah Gamelan yang di pakai untuk mengiringi
tarian Gandrung dimana gamelan ini sama bentuknya dengan Gamelan Joged
Pingitan. ( Bandem I Made. 1986 : 14,44 ). Jadi gamelan Rindik Gandrung itu
adalah gamelah yang di gunakan untuk mengiringi Tarian Gandrung atau Jogen
Pingitan.
2.3.3
Gamelan Baru
2.3.3.1
Pengarjaan.
Gamelan yang di gunakan unutk mengiri Drama Tari Arja.
Dimana Gamelan ini merib dengan Gambuh atau Smarpagulingan. Karena dalam
pengarjaan itu adalah drama tari yang berisi cerita-cerita tentang istana senteris.
2.3.3.2 Gong
kebyar.
Sebuah barungan yang dipakai untuk mengiringi kebyar
dan concert gamelan semata-mata tergolong music ciptaan baru. Kebyar timbul di
singaraja sekitar tahun 1915, gong kebyar tak lain dari gong gede yang di
hilangkan beberapa instrumennya, diantaranya ialah instrument trompong. Gangsa
jongkok yang berbilah 5 dalam gong gede diubah menjadi gangsa gantung yang
memakai 10 bilah. Cengceng yang terdiri dari 5-6 pangkon dalam gong gede, pada
gong kebyar dipakai 1 pangkon saja. Kendang yang semula dimainkan dengan
panggul kini diganti dengan tangan saja, sehingga berjenis-jenis perbendaharaan
bunyi kendang bisa di timbulkan. Gong
kebyar menggunakan laras pelog 5nada, tetapi tiap-tiap instrument memakai 10-12
bilah. Bentuk lagu-lagu gong kebyar lebih bebas dari lagu-lagu klasik,
kendatipun pada bagian-bagian tertentu masih di pergunakan hukum-hukum tabuh
klasik seperti tabuh 2, tabuh 3, dan sebagainya.
2.3.3.3 Pejangeran.
Gamelan Janger memakai laras Selendro, dengan laras
gender wayang yang di pakai. Sedangkan dari reportoirennya diambil lagu-lagu
janger. Dimana memakai instrumennya mengguanakqan 2 buah tangguh gender wayang,
2 buah kendang krumpung, 2 -4 buah suling, 1 buah kajar, 1 buah tawa-tawa, 1
buah kelenang, 1 buah rebana, 1 buah pangkong ceng-ceng. ( Bandem I Made. 1986
: 14 ). Gamelan golongan Baru yang
dipakai untuk mengiringi tari Janger, adalah sebuah tarian sosial di Bali.
2.3.3.4 Joged
Bung-bung.
Gamelan
yang tergolong baru, yang di gunakan untuk mengiringi tarian Joged Bumbung.
Suatu tarian sosial di Bali, di mana seoarang penari wanita menjawat seorang
penonton unutk di ajak menari di panggung.
Gamelan
Joged Bungbung disebut juga gamelan gerakan tangan, karena pokok-pokok
instrumennya adalh Gerantang, yaitu
gender yang terbuat dari bamboo, berbentuk bung-bung dan memakai laras slendro
5 nada. Larasnya serupa dengan laras gamelan gender wayang. ( Bandem I Made.
1986 : 5 )
2.3.3.5 Gong
Suling.
Gamelan yang berisi barungan yang terdiri
dari 30 buah suling, menirukan orkestrasi dari Gong Kebyar. Lagunya diambil
dari reportoir Gong Kebyar dan dapt dipakai untuk mengiringi tari kebyar. Yang
terdiri dari suling besar, menengah dan kecil, yang berfungsi sebagai jegogo,
calung, pamade dan kantil dalam gamelan Gong Kebyar. ( Bandem I Made. 1986 : 25
)
2.3.4
Jenis-jenis gamelan yang lain.
2.3.4.1
Geguntangan.
Gamelan yang dipakai untuk mengiringi
Dramatari Arja. Sesuai dengan bentuk Arja yang mengutamakan melo Drama dan tembang,
maka gamelan yang mengiringi sangat lirih pula, sehingga tembang-tembang itu
dapat di dengar jelas oleh penonton.
2.3.4.2 Gerantang
Gamelan yang tergolong baru yang digunakan
untuk mengiringi tarian joget, suatu tarian sosial, dimana penari wanita
menjawat seorang penonton untuk menari
2.3.4.3
Jegogan
Merupakan
gender yang memakai nada yang terendah dalam gamelan. Ia memakai lima bilah
yaitu ding, dong , deng, dung, dang. Jegogan dipukul dengan sebuah panggul yang
dilapisi dengan karet. Didalam gamelan biasanya ada dua buah jegogan dan dibuat
gumbang dan ngisep berfungsi sebagai pemangku lagu (Bandem.1986:27).
2.3.5
Bagian-bagian Gamelan
2.3.5.1
Ceng-ceng
Cymbala
dengan ukuran yang berbeda-beda, seperti ceng-ceng besar, menengah, dan kecil.
Pada gamelan gong Kebyar dan sejenisnya, ceng-ceng itu ditempelkan pada resonar
yang dibuat dari kayu yang biasanya ada 3 sampai 4 pasang. Ceng-ceng berfungsi
untuk mengikuti ritme kendang, sebagai pemurba irama dan mengatur dinamika
lagu. (Bandem.1986:7).
2.3.5.2
Gangsa
Sebutan
umum untuk instrument-intrumen seperti gender, giying, pemade, kantil, jublag,
dan jegogan. Ada dua jenis gangsa yaitu gangsa gantung dan gangsa jongkok
(Bandem.1986:17).
2.3.5.3
Gong
Sebutan
umum dari berjenis-jenis gong dalam gamelan. Gong bentuknya bulat, dengan garis
tengah dari 70 sampai 100cm dan dalam gamelan gong kuna atau gong kebyar ada
dua jenis gong yaitu ageng (wadon) dan gong kecil (lanang). Gong dipergunakan
untuk memberi prase akhir dari pada suatu lagu (Bandem.1986:22).
2.3.5.4 Kajar
Gong kecil yang memakai pencon berfungsi untuk
memegang mantra pada gemelan Bali.
2.3.5.5 Kendang
Sebuah
instrumen yang berbentuk bulat panjang dan memakai pakelit didalamnya. Kendang
itu dibuat dari kayu nangka, jati, atau seseh yang dibungkus dengan kulit pada
kedua ujung dan dicencang dengan jangat. Fungsi kendang dalam gamelan Bali
sebagai pemurba irama, mengatur cepat lambatnya lagu.
2.3.5.6 Reyong
Deretan
gong kecil diatas sebuah resonator kayu yang berjumlah 12. Reyong ini dimainkan
oleh 4 orang dalam gamelan gong.
2.3.5.7
Suling
sebuah
instrument tiup yang memakai 6 buah lubang nada, dan 1 lubang pemanis untuk
menimbulkan bunyi.
2.3.5.8
Terompong
Deretan gong-gong kecil diatas resonator kayu
yang biasa terdiri dari 10-14 buah gong, seperti yang terlihat dalam gamelan
gong. Dan terompong berfungsi membawa lagu.
Sumber:
-Google
-Wikipedia