Sabtu, 20 Juni 2015

Sagara Anak dan Gunung Rinjani

Segara Anak

Segara Anak
Segara Anak -
Lokasi Lombok, Indonesia
Koordinat 8°25′00″LS 116°28′00″BTKoordinat: 8°25′00″LS 116°28′00″BT
Jenis danau kawah
Terletak di negara Indonesia
Luas permukaan 11.3
Kedalaman maks. 190
Volume air 36 gigaliter
Ketinggian permukaan 2008
Segara Anak adalah danau kawah Gunung Rinjani di pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat,Indonesia. Nama Segara Anak berarti anak laut diberikan untuk itu karena warna biru mengingatkan danau laut.
Segara Anak merupakan sebuah danau yang terletak di kaldera gunung Rinjani Desa Sembalun Lawang, Lombok, Nusa Tenggara Barat. Segara (laut) anak berarti anak laut yang di yakini sebagai bagian dari laut yang terpecah ke dalam sebuah pulau. Hal ini di dasari atas warna air yang biru seperti laut. Danau ini terletak pada ketinggian kurang lebih 2000 mdpl. Jika anda mendaki gunung Rinjani (3726 Mdpl), umumnya Tour Guide akan membawa anda melintasi danau ini dan bermalam di sana.
Banyak hal menarik yang dapat dilakukan di danau ini. Di danau ini terdapat banyak ikan mulai dari ikan nila, mas, dan mujair. Ikan-ikan ini sengaja dikembangbiakkan oleh pemerintah dan masyarakat setempat untuk menambah daya tarik tersendiri dari danau segara anak. Jangan lupa untuk menyiapkan peralatan pancing bagi anda yang berminat mendaki gunung Rinjani.
Para pendaki Gunung Rinjani banyak yang membuat jalur pendakian dengan menyusuri lembah disamping danau untuk memberikan sesajen pada dewa didasar danau. Dari danau terlihat sebuah gunung volcano (Gunung Baru Jari yang berarti gunung baru jadi)yang merupakan anak gunung rinjani dan didekatnya terdapat sumber air panas yang dipercayai mampu mengobati berbagai penyakit kulit.
Di kawasan perkemahan di dekat danau segara Anak ini terdapat sebuah pohon tua yang dikeramatkan oleh penduduk setempat. Dengan perantara pohon ini diyakini bahwa apa yang kita inginkan dapat terkabul. Mitos yang berkembang di masyarakat setempat bahwa jika anda memiliki keinginan yang belum sempat terkabul maka gantungkanlah sebuah batu pada pohon ini kemudian ucapkan keinginan anda. Jika keinginan anda tercapai, maka batu yang anda gantungkan sebelumnya harus segera dilepaskan. Menurut masyarakat setempat, jika anda tidak mengembalikan batu tersebut maka keinginan yang telah anda raih akan kembali sirna.
Pemandangan di Danau ini sungguh menakjubkan dan sangat indah sehingga banyak wisatawan luar maupun dalam negeri berdatangan dan mendaki Gunung Rinjani untuk menyaksikan ke indahan Danau tersebut. Danau Segara Anak yang luasnya 1.100 ha dengan kedalaman 230 m.

Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/Segara_Anak

Pantai Sengigi Nan Elok

Lombok, Keindahan Pantai Senggigi: Wisata Keluarga Pantai Senggigi
March 2nd, 2013. Lombok, Wisata Keluarga Pantai Senggigi.
Pantai Senggigi merupakan tempat pariwisata yang terkenal di Lombok. Terletak di sebelah barat pesisir Pulau Lombok. Pantai Senggigi memang tidak sebesar Pantai Kuta di Bali, tapi seketika kita berada di sini akan merasa seperti berada di Pantai Kuta, Bali. Memasuki area pantai Senggigi, wisatawan seta merta disapa oleh lembutnya angin semilir yang menenangkan. Pesisir pantainya masih asri, walaupun masih ada sampah dedaunan yang masih berserakan karena jarang dibersihkan. Pemandangan bawah lautnya sangat indah, dan wisatawan bisa melakukan snorkling sepuasnya karena ombaknya tidak terlalu besar.
Selain itu di sekitar pantai ini dapat menjumpai Batu Bolong, ini merupakan sebuah pura yang dibangun di atas karang yang terletak di tepi pantai. Menurut legenda masyarakat setempat dahulu kala sering diadakan pengorbanan seorang perawan untuk dimakankan kepada ikan hiu di tempat ini. Legenda lain mengatakan dahulu banyak para wanita yang menerjunkan diri dari tempat ini ke laut karena patah hati. Dari tempat ini juga terlihat Gunung Agung di Pulau Bali.
Begitu indah dan mempesona keindahan alam yang ada di Pantai Senggigi ini. Akan lengkap jika anda menikmati sunset dan sunrise di pantai ini. Banyak hotel di Lombok yang tersedia, beberapa yang dekat dengan pantai Senggigi diantaranya Jeevaklui Hotel di jl. Raya Klui beach No.1, Senggigi, Lombok. Vila Ombak Hotel di Gili Trawangan, Lombok. Kebun Villas & Resort di Jl. Senggigi Raya Km. 8, Senggigi, Lombok.
Lombok, Senggigi Beach Lombok: Wisata Keluarga Pantai Senggigi
Lombok, Wisata Senggigi Lombok: Wisata Keluarga Pantai Senggigi
Lombok, Wisata Keluarga Lombok: Wisata Keluarga Pantai Senggigi
The Chandi Boutique Resort di Jl. Raya Senggigi Batulayar, Senggigi, Lombok. Dan Senggigi Beach Hotel di Jalan Pantai, P.O. Box 1001 Mataram, Senggigi, Lombok.

Sumber: http://kotawisataindonesia.com/wisata-keluarga-pantai-senggigi/

Pesona Pulau Gili Trawangan-Lombok

Gili Trawangan adalah yang terbesar dari ketiga pulau kecil atau gili yang terdapat di sebelah barat laut Lombok. Trawangan juga satu-satunya gili yang ketinggiannya di atas permukaan laut cukup signifikan. Dengan panjang 3 km dan lebar 2 km, Trawangan berpopulasi sekitar 800 jiwa. Di antara ketiga gili tersebut, Trawangan memiliki fasilitas untuk wisatawan yang paling beragam; kedai "Tîr na Nôg" mengklaim bahwa Trawangan adalah pulau terkecil di dunia yang ada bar Irlandia-nya. Bagian paling padat penduduk adalah sebelah timur pulau ini.
Lombok Day 4 - Gili Island
(Photo credit: macbiff)
Trawangan punya nuansa "pesta" lebih daripada Gili Meno dan Gili Air, karena banyaknya pesta sepanjang malam yang setiap malamnya dirotasi acaranya oleh beberapa tempat keramaian. Aktivitas yang populer dilakukan para wisatawan di Trawangan adalah scuba diving (dengan sertifikasi PADI), snorkeling (di pantai sebelah timur laut), bermain kayak, dan berselancar. Ada juga beberapa tempat bagi para wisatawan belajar berkuda mengelilingi pulau.
Di Gili Trawangan (begitu juga di dua gili yang lain), tidak terdapat kendaraan bermotor, karena tidak diizinkan oleh aturan lokal. Sarana transportasi yang lazim adalah sepeda (disewakan oleh masyarakat setempat untuk para wisatawan) dan cidomo, kereta kuda sederhana yang umum dijumpai di Lombok. Untuk bepergian ke dan dari ketiga gili itu, penduduk biasanya menggunakan kapal bermotor dan speedboat.
Sejarah Gili Trawangan
Dahulunya pulau ini pernah dijadikan tempat pembuangan narapidana. Pada waktu itu karena semua penjara sedang penuh, raja yang waktu itu berkuasa membuang 350 orang pemberontak Sasak ke pulau ini. Baru sekitar tahun 1970-an pulau ini dikunjungi penduduk dari Sulawesi yang kemudian menetap di sini.
Pesona Gili Trawangan

8 Alasan Anda Harus ke Gili Trawangan 
Berikut adalah 8 alasan mengapa Anda harus segera berkunjung ke sana:

1. Alam bawah lautnya menakjubkan 
Tidak perlu diragukan lagi, Gili Trawangan di Lombok memang memiliki alam bawah laut yang sangat indah. Air laut di pulau ini begitu jernih, dengan gradasi warna biru hijau yang menghiasi lautnya. Karena airnya yang begitu bening, Anda pun bisa melihat ikan dan terumbu karang langsung dari atas kapal yang berlayar, tanpa harus menyelam.
Tapi jika ingin menikmati alam bawah laut lebih maksimal, cobalah untuk menyelam. Jangan pernah lewatkan kesempatan bertemu ikan nemo alias ikan badut yang berenang dengan gemulai. Tidak hanya nemo, terumbu karang aneka warna juga bisa Anda temui di sana. Arus laut yang tenang menambah kenikmatan menyelam di Gili Trawangan. Kesimpulannya, alam bawah laut Gili Trawangan memang luar biasa.

2. Bebas polusi dan kendaraan bermotor 
Inilah keunggulan Gili Trawangan dibanding pulau lain di Indonesia. Kendaraan bermotor dilarang keras beroperasi di sana. Sebagai ganti, alat transportasi yang digunakan adalah sepeda dan cidomo. Cidomo adalah sejenis kereta kuda khas Lombok, NTB.

3. Pantai yang bersih 
Selain air lautnya yang bersih dan jernih, pantai di Gili Trawangan juga tak kalah bersih. Pantai dengan pasir putih ini terbentang begitu luas tanpa sampah berserakan. Memang benar, seluruh penduduk dan turis yang datang ke Gili Trawangan amat menjaga kebersihan pulau. Jadi tak heran bila pantainya begitu bersih, dan berkilau dengan pasir yang terkena sinar matahari.

4. Sunset dan Sunrise 
Gili Trawangan memiliki pantai yang menghadap barat dan timur. Jarak antar pantai ini pun tidak terlalu jauh. Cukup berjalan kaki atau naik cidomo, wisatawan sudah bisa menikmati sunset dan sunrise di satu pulau. Keluarkan kamera Anda, dan abadikan setiap momen di Gili Trawangan. Sambil duduk santai di pantai dan diiringi musik yang berdendang, juga semilir angin, sunset Gili Trawangan terasa begitu romantis. Pastikan Anda menikmatinya bersama kerabat atau pasangan.

5. Dekat dengan tiga pulau lain 
Gili Trawangan termasuk dalam Desa Gili Indah di Lombok Barat. Pulau ini diapit oleh dua gili lain, yaitu Gili Air dan Gili Meno. Berlibur di Gili Trawangan, berarti Anda bisa juga menikmati keindahan dua gili lainnya. Cukup dengan menaiki perahu sekitar 15 menit, Anda sudah bisa berkunjung ke Gili Air dan menyeberang lagi ke Gili Meno. Biasanya, turis yang datang ke dua gili tersebut, menghabiskan waktu dengan menikmati alam bawah laut. Memang harus diakui, alam bawah laut Gili Air dan Meno tidak kalah cantik dengan yang ada di Gili Trawangan.

6. Masyarakat yang ramah 
Selain alam bawah lautnya yang bersih, salah satu daya tarik Gili Trawangan adalah penduduknya yang ramah. Jika tidak percaya, cobalah mengelilingi Gili Trawangan dengan berjalan kaki, Anda pun akan disapa dengan ramah oleh setiap penduduk yang kebetulan berpapasan. Anda pun tidak perlu takut tersesat, karena penduduk pasti membantu Anda menemukan jalan pulang.

7. Kehidupan malam di Central 
Nah, ini dia kegiatan malam yang tidak boleh Anda lewatkan saat berada di Gili Trawangan, menikmati kehidupan malam di Central. Jejeran bar dan hingar bingar musik siap menyulap malam Anda Gili Trawangan menjadi meriah.

Central atau biasa disebut pasar seni di Gili Trawangan, mulai ramai saat senja datang dan matahari siap kembali ke peraduan. Pasar seni di Gili Trawangan berbentuk seperti jalan besar menghadap ke Pantai Tengah Gili Trawangan dengan kios dan bar di kanan kirinya. Waktu paling asyik untuk datang ke Central adalah malam hari sekitar pukul 21.00 Wita. Saat itu, seluruh bar dan toko di sepanjang pasar seni ini sudah buka.
Sumber : 
-wikipedia
-travel.detik.com
-indonesianlombokernas.com
- http://nuswantaranews.blogspot.com/2013/12/pesona-gili-trawangan.html

Keeksotisan Pulau Karimun Jawa

 

Kabupaten Jepara terdiri dari 14 kecamatan, salah satu diantaranya adalah Kecamatan Karimunjawa. Salah satu wilayah kecamatan yang terdiri dari 3 desa merupakan gugusan dari 27 buah pulau yang ada dan terhampar luas di laut Jawa dengan jumlah penduduk sekitar 8.000 jiwa.
Kecamatan ini merupakan kawasan alam yang dilindungi karena memiliki sumber daya alam yang khas dan unik baik dalam bentuk flora, fauna, ekosistem merupak kondisi alam yang menjadukan Karimunjawa sebagai cagar laut yang sangat potensial.

1. ASAL NAMA KARIMUNJAWA
Sunan Nyamplungan merupakan tokoh cerita rakyat yang menarik tentang terjadinya nama Kepulauan Karimunjawa. Sunan Nyamplungan yang mempunyai nama asli Amir Hasan adalah putra Sunan Muria. Perkembangan kehidupan Amir Hasan dari kanak-kanak sampai dewasa selelu dimanjakan oleh Nyai Sunan Muria, walaupun perilaku Amir Hasan sehari-hari cenderung nakal. Melihat hal yang tidak menguntungkan terhadap diri Amir Hasan, Sunan Muria selalu menanamkan jiwa kedisiplinan dengan mengajarkan dasar-dasar agama Islam yang kuat, namun Amir Hasan cenderung pada kenakalan dan kemanjaannya sehingga menjadikan Sunan Muria dan Nyai Sunan Muria memutuskan untuk menitipkan Amir Hasan kepada pamannya, yaitu Sunan Kudus dengan harapan asuhan Sunan Kudus dapat diterima dan kelak menjadi orang yang baik dan soleh.
Selama dalam asuhan Sunan Kudus, Amir Hasan sudah mulai menunjukkan perubahan menjadi pemuda yang baik dan sangat taan melaksanakan ajaran/perintah Sunan Kudus. Melihat perkembangan yang demikian, Amir Hasan kemudian dikembalikan kepada Sunan Muria karena Sunan Kudus sudah merasa cukup membimbing dan mengajari berbagai ilmu khususnya mendalami ajaran agama Islam.
Setelah menerima laporan dari Sunan Kudus, Sunan Muria menjadi sangat bahagia   karena   anaknya  mau   mematuhi  ajaran   orang  tua, k emudian untuk melatih dan mencobanya diperintahkan oleh Sunan Muria agar Amir Hasan pergi ke salah satu pulau yang kelihatan dari  puncak gunung  Muria seperti kremun – kremun dengan desertai 2 orang abdi untuk menemani dan diberi bekal 2 biji buah nyamplung untuk ditanam dan berbagai macam barang antara lain : Mustaka Masjid yang saat ini masih ada dalam komplek makam beliau. Perjalanan Amir Hasan yang memakan waktu lama dengan menyebrang laut itupun akhirnya sampai di tempat yang dituju di sebuah pulau , kemudian Amir Hasan menetap disana dan pulau ini kelak bernama KARIMUNJAWA.
Pulau yang terlihat kremun – kremun dan masih merupakan kawasan kepulauan jawa , dipakai sebagai tempat tinggal Amir Hasan, terdapat beberapa pohon nyamplung, maka sampai sekarang masyarakat menyebut Amir Hasan dengan nama “ SUNAN NYAMPLUNGAN “


2. LELE TIDAK PUNYA PATIL
Melihat putranya tidak dirumah maka Nyai Sunana Muria menanyakan kepada Sunan Muria dan diberi jawaban bahwa Amir Hasan disuruh pergi dari rumah menuju kesebuah pulau yang berada disebelah utara Pulau Jawa, maka Nyai Sunan menjadi terkejut dan mohon ijin untuk nyusuk guna memberi bekal dijalan.
Teringat akan makanan kesukaan putranya yaitu pecel lele, maka dibawakan pecel lele oleh Nyai Sunan dengan dengan harapan untuk membarikan kesenangan dalam perjalanan. Namun setelah dipantai ternyata Amir Hasan dan kedua abdinya sudah berlayar dilautan, maka oleh sang ibu pecel lele itu lalu dibuangke laut.
Bungkusan pecel lele tersebut terbawa ombak dan atas kehendak Tuhan mengikuti perjalanan Amir Hasan sampai pula dipulau yang dituju oleh Amir Hasan. Ikan – ikan lele yang berada di Karimunjawa semuanya tidak mempunyai patil, area ini sekarang dikenal dengan nama Legon Lele yaitu di bagian timur dari Pulau karimunjawa.

3. SIPUT BOLONG
Pada waktu Nyai Sunan Muria membewakan pecel lele saat menyusul putranya ke Pantai Jepara, juga dimasakan oleh beliau makanan kesukaan Amir Hasan yang lain, yaitu makanan siput.
Rasa kecewa Nyai Sunan Muria yang tidak berhasil menyusul putranya yang berangkat menuju Karimunjawa dilampiaskan beliau dengan melemparkan pecel lele dan makanan siput tersebut ke laut.
Sama halnya dengan masakan pecel lele maka masakan siput ini pun terdampar di perairan Karimunjawa yaitu di legon lele ini memiliki cirri khas yaitu punggungnya bolong (berlubang) dan terkenal dengan nama “SIPUT BOLONG”.

4. ULAR BUTA
Diriwayatkan pada waktu Amir Hasan yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Nyamplungan telah sampai di Karimunjawa, maka beliau memasuki daratan mencari tempat yang sesuai untuk kepentingannya guna memperdalam ajaran agama Islam dan sekaligus mengembangkanya.
Pada suatu ketika beliau sedang berjalan ternyata ada seekor ular yang bertubuh pendek dan berwarna serta sangat berbisa mencoba untuk menggigit beliau namun ternyata tidak mempan. Akibat dari peristiwa itu Sang Sunan menjadi marah dan mengutuk ular tersebut menjadi buta, karena dianggap menggigit sembarang orang.
Sampai sekarang jenis ular ini yang dikenal dengan nama “ULAR EDOR” matanya buta, umumnya tidak mampu untuk bergerak di siang hari.

5. KAYU DEWA DARU
Apabila kita berkunjung ke Makam Sunan Nyamplungan yang terletak di puncak gunung Karimunjawa sebelah utara, maka di pintu gerbang akan kita jumpai dua pohon yang sangat besar dan oleh masyarakat dikenal sebagai “KAYU DEWA”.
Menurut kepercayaan masyarakat yang saat ini masih diyakini, bahwa kayu dewadaru ini masih dikeramatkan dan mempunyai khasiat tersendiri, yaitu barang siapa menyimpan kayu tersebut di rumah, maka yang menyimpan akan terhindar dari ancaman pencuri / orang yang akan bertindak jahat.
Kayu dewadaru ini apabila diletakkan di air, tidak terapung seperti jenis kayu lain akan tetapi kayu tersebut akan tenggelam serta setiap orang tidak berani membawa kayu dewadaru keluar pulau Karimunjawa, karena takut akan bahaya yang akan menimpa di perjalanan.

6. KAYU SETIGI
Di atas telah disebutkan bahwa pada saat itu Karimunjawa masih berupa hutan belantara yang belum pernah dijamah oleh tangan manusia. Disana banyak terdapat berbagai tanaman yang tumbuh dan hewan/ binatang liar yang ganas dan salah satunya adalah jenis ular edor. Konon pernah dikisahkan bahwa ketika Amir Hasan (Sunan Nyamplungan) mengadakan perjalanan di hutan, di tengah-tengah perjalanan beliau digigit seekor ular berbisa, namun ternyata gigitan ular tersebut tidak mampu melemahkan kekuatan Sunan Nyamplungan. Setelah terkena gigitan itu Sang Sunan menjadi marah dan bersabda sambil menunjuk ke arah ular dengan memegang tongkat kayu setigi. Akibat dari sabda Sunan, sang ular menjadi rabun.
Catatan khusus : kayu setigi akan tenggelam ke dasar yang paling bawah bila dimasukkan air dan bisa pula menyerap bisa/racun binatang.

7. KAYU KALIMASADA
Selain kedua jenis kayu tersebut yaitu kayu dewadaru dan kayu setigi, masih ada jenis kayu lain yang sama-sama mempunyai tuah dan legenda kayu ini disebut dengan kayu Kalimasada. Memang pada masa keberadaan Sang Sunan di Karimunjawa banyak kejadian/peristiwa mitos yang sulit dipahami dengan akal dan pikiran layaknya manusia biasa. Ada yang berpendapat bahwa kayu tersebut juga dapat digunakan oleh orang-orang pintar dengan cara memasukan do’a/mantra sesuai dengan keinginan masing – masing.

POTENSI KHUSUS KARIMUNJAWA
Taman Nasional Laut Karimunjawa termasuk wilayah Kabupaten Jepara, yang terdiri dari 1 kecamatan, 3 desa dan 27 pulau (5 pulau berpenghuni, 22 pulau kosong) terdiri dari beberapa suku, adapun jarak Jepara Karimunjawa adalah 48 mil laut.

DAYA TARIK KHUSUS BAGI WISATAWAN
Taman Nasional Laut Karimunjawa mwmang memiliki daya tarik tersendiri dan sangat cocok untuk “Wisata Bahari”. Berbagai daya tarik yang unik bisa kita temukan antara lain :
- Panorama laut yang indah bagai telaga warna dengan gugusan kepulauan yang tersebar sejauh mata memandang. Disertai jernihnya air laut yang belum tercemar (terkena polusi).
- Hamparan pasir putih yang membentang di kawasan pantai maupun di seluruh pulau-pulau.
- Dapat melakukan kegiatan hiking, snorkeling, diving, fishing/ memancing, dayung dan sebagainya.
- Menikmati keindahan biota laut dengan aneka ragam ikan hias dan bermacam karang laut yang menarik.
- Masih terdapat jenis satwa langka seperti menjangan, trenggiling, landak, ular edor, bhurung garuda, dan ikan lele tanpa patil,dsb.
- Gunung dengan penghijauannya hutan tertutup yang masih perawan.
- Dapat menyaksikan ikan hiu, kerapu, lemuna, teripang di karamba, silakan bawa makanan (ikan kecil) untuk dihadiahkan kepada ikan-ikan tersebut.
- Bila perjalanan memakai kapal laut, dapat menyaksikan iringan ikan lumba-lumba di sebelah menyebelah kapal.

Sumber : http://www.teguhbs92.co.cc/2009/12/objek-wisata-karimunjawa.html
              http://www.dutakarimun.com/karimun-jawa/sejarah.html

Sejarah Asal-usul Nama Indonesia

Kata orang apalah arti nama. Ya, apa artinya nama? Apakh pada akhirnya nama memang sesuatu yang benar-benar ‘unik’, yang dapat membedakan ‘kita’ dengan ‘yang lain’? Nah, kalau sama terus kenapa? Dan kalau beda, memang mau apa?
Pertanyaan itu mungkin bisa kita renungkan bersama. Walaupun perkara ‘nama’ ini kelihatannya sederhana tetapi sebenarnya ada “politik identitas” yang termuat di dalamnnya loh… Aduh, hari gini masih ngomong politik? Enggak banget ya?! Eits, tenang… Politik identitas ini punya definisi yang beda dari politik kekuasan. Nah, sebelum kita masuk ke “politik identitas” itu kita pelajari dulu yuk asal-usul nama Indonesia…
Sebelum kedatangan bangsa Eropa
PADA zaman purba kepulauan tanah air kita disebut dengan aneka nama. Dalam catatan bangsa Tionghoa kawasan kepulauan kita dinamai Nan-hai atau Kepulauan Laut Selatan. Berbagai catatan kuno bangsa India menamai kepulauan ini Dwipantara, Kepulauan Tanah Seberang, nama yang diturunkan dari kata Sansekerta, dwipa, yang berarti pulau dan antara yang berarti luar atau seberang.
Kisah Ramayana karya pujangga Valmiki yang termasyhur itu menceritakan pencarian terhadap Sinta, istri Ramayang diculik Ravana, sampai ke Suwarnadwipa, Pulau Emas, yaitu Sumatra (sekarang) yang terletak di Kepulauan Dwipantara.
Bangsa Arab menyebut tanah air kita Jaza’ir al-Jawi, Kepulauan Jawa. Nama Latin untuk kemenyan adalah benzoe, berasal dari bahasa Arab luban jawi (kemenyan Jawa), sebab para pedagang Arab memperoleh kemenyan dari batang pohon Styrax sumatrana yang dahulu hanya tumbuh di Sumatra.
Sampai hari ini jemaah haji kita masih sering dipanggil “Jawa” oleh orang Arab, bahkan bagi orang Indonesia luar Jawa sekalipun. Para pedagang di Pasar Seng, Mekkah menyebut, “Samathrah, Sholibis, Sundah, kulluh Jawi” atau “Sumatra, Sulawesi , Sunda, semuanya Jawa”.
Masa kedatangan Bangsa Eropa
Lalu tibalah zaman kedatangan orang Eropa ke Asia . Bangsa-bangsa Eropa yang pertama kali datang beranggapan jika Asia hanya terdiri dari Arab, Persia , India , dan Cina. Bagi mereka, daerah yang terbentang luas antara Persia dan Cina semuanya adalah Hindia. Semenanjung Asia Selatan mereka sebut “Hindia Muka” dan daratan Asia Tenggara dinamai “Hindia Belakang”, sedangkan tanah air kita memperoleh nama “Kepulauan Hindia” (Indische Archipel, Indian Archipelago, l’Archipel Indien) atau “Hindia Timur” (Oost Indie, East Indies , Indes Orientales). Nama lain yang juga dipakai adalah “Kepulauan Melayu” (*Maleische Archipel, Malay Archipelago , l’Archipel Malais).
Ketika tanah ini dijajah oleh bangsa Belanda, nama resmi yang digunakan adalah Nederlandsch- Indie atau Hindia Belanda, sedangkan pemerintah pendudukan Jepang 1942-1945 memakai istilah Hindia Timur atau To-Indo.
Berbagai Usulan Nama
Eduard Douwes Dekker (1820-1887), yang dikenal dengan nama samaran Multatuli, pernah mengusulkan namayang spesifik untuk menyebutkan kepulauan tanah air kita, yaitu Insulinde, yang artinya juga “Kepulauan Hindia” (bahasa Latin insula berarti pulau). Tetapi rupanya nama Insulinde ini kurang populer. Bagi orang Bandung , Insulinde mungkin hanya dikenal sebagai nama toko buku yang pernah ada di Jalan Otista.
Pada tahun 1920-an, Ernest Francois Eugene Douwes Dekker (1879-1950), yang dikenal sebagai Dr. Setiabudi (cucu dari adik Multatuli), memopulerkan suatu nama untuk tanah air kita yang tidak mengandung unsur kata “ India ”. Nama itu tiada lain adalah Nusantara, suatu istilah yang telah tenggelam berabad-abad lamanya. Setiabudi mengambil nama itu dari Pararaton, naskah kuno zaman Majapahit yang ditemukan di Bali pada akhir abad ke-19 Lalu diterjemahkan oleh J.L.A. Brandes dan diterbitkan oleh Nicholaas Johannes Krom pada tahun 1920.
Namun perlu dicatat bahwa pengertian Nusantara yang diusulkan Setiabudi jauh berbeda dengan pengertian, nusantara zaman Majapahit. Pada masa Majapahit Nusantara digunakan untuk menyebutkan pulau-pulau di luar Jawa (antara dalam bahasa Sansekerta artinya luar, seberang) sebagai lawan dari Jawadwipa (Pulau Jawa). Kata-kata ini sendiri termuat dalam Sumpah Palapa yang dikumandangkan Gajah Mada, ”Lamun huwus kalah Nuswantara, isun amukti palapa”, “jika telah kalah pulau-pulau seberang, barulah saya menikmati istirahat”. Oleh Dr. Setiabudi katanusantara zaman Majapahit tersebut diberi pengertian yang nasionalistis.
Dengan mengambil kata Melayu asli antara, maka Nusantara kini memiliki arti yang baru yaitu “nusa di antara dua benua dan dua samudra”, sehingga Jawa pun termasuk dalam definisi Nusantara yang modern. Istilah Nusantara dari Setiabudi ini dengan cepat menjadi populer penggunaannya sebagai alternatif dari nama Hindia Belanda. Sampai hari ini istilah Nusantara tetap kita pakai untuk menyebutkan wilayah tanah air kita dari Sabang sampai Merauke. Tetapi nama resmi bangsa dan negara kita adalah Indonesia. Lalu dari mana gerangan nama yang sukar bagi lidah Melayu ini muncul?
Nama Indonesia
Tahun 1847 di Singapura terbit sebuah majalah ilmiah tahunan, Journal of the Indian Archipelago and Eastern Asia (JIAEA), yang dikelola oleh James Richardson Logan (1819-1869), seorang Skotlandia yang meraih sarjana hukum dari Universitas Edinburgh. Kemudian pada tahun 1849 seorang ahli etnologi bangsa Inggris, George Samuel Windsor Earl (1813-1865), menggabungkan diri sebagai redaksi majalah JIAEA.
Dalam JIAEA Volume IV tahun 1850, halaman 66-74, Earl menulis artikel “On the Leading Characteristics of the Papuan, Australian and Malay-Polynesian Nations.” Dalam artikelnya itu Earl menegaskan bahwa sudah tiba saatnya bagi penduduk Kepulauan Hindia atau Kepulauan Melayu untuk memiliki nama khas, a distinctive name, sebab nama Hindia Tidaklah tepat dan sering rancu dengan penyebutan India yang lain. Earl mengajukan dua pilihan nama, Indunesia atau Malayunesia, nesos, dalam bahasa Yunani berarti Pulau. Pada halaman 71 artikelnya itu tertulis, “… the inhabitants of the Indian Archipelago or malayan Archipelago would become respectively Indunesians or Malayunesians.”

Earl sendiri menyatakan memilih nama Malayunesia, Kepulauan Melayu, daripada Indunesia atau Kepulauan Hindia, sebab Malayunesia sangat tepat untuk ras Melayu, sedangkan Indunesia bisa juga digunakan untuk Ceylon (Srilanka) dan Maldives (Maladewa). Lagi pula, kata Earl, bukankah bahasa Melayu dipakai di seluruh kepulauan ini? Dalam tulisannya itu Earl memang menggunakan istilah Malayunesia dan tidak memakai istilah Indunesia. Dalam JIAEA Volume IV itu juga, halaman 252-347, James Richardson Logan menulis artikel The Ethnology of the Indian Archipelago, Pada awal tulisannya, Logan pun menyatakan perlunya nama khas bagi kepulauan ini, sebab istilah “Indian Archipelago” terlalu panjang dan membingungkan. Logan memungut nama Indunesia yang dibuang Earl, dan huruf u digantinya dengan huruf o agar ucapannya lebih baik. Maka lahirlah istilah Indonesia.
Untuk pertama kalinya kata Indonesia muncul di dunia dengan tercetak pada halaman 254 dalam tulisan Logan, “Mr. Earl suggests the ethnographical term Indunesian, but rejects it in favour of Malayunesian. I prefer the purely geographical term Indonesia , which is merely a shorter synonym for the Indian Islands or the Indian Archipelago.” Ketika mengusulkan nama Indonesia agaknya Logan tidak menyadari bahwa di kemudian hari nama itu akan menjadi nama bangsa dan negara yang jumlah penduduknya peringkat keempat terbesar di muka bumi!
Sejak saat itu Logan secara konsisten menggunakan nama “Indonesia” dalam tulisan-tulisan ilmiahnya, dan lambat laun pemakaian istilah ini menyebar di kalangan para ilmuwan bidang etnologi dan geografi. Pada tahun 1884 guru besar etnologi di Universitas Berlin yang bernama Adolf Bastian (1826-1905) menerbitkan buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipel sebanyak lima volume, yang memuat hasil penelitiannya ketika mengembara ke tanah air kita tahun 1864 sampai 1880. Buku Bastian inilah yang memopulerkan istilah “Indonesia” di kalangan sarjana Belanda, sehingga sempat timbul anggapan bahwa istilah “Indonesia” itu ciptaan Bastian. Pendapat yang tidak benar itu, antara lain tercantum dalam Encyclopedie van Nederlandsch-Indie tahun 1918.
Putra pertiwi yang mula-mula menggunakan istilah “Indonesia” adalah Suwardi Suryaningrat atau Ki Hajar Dewantara. Ketika di buang ke negeri Belanda tahun 1913 beliau mendirikan sebuah biro pers dengan nama Indonesische Pers-bureau.
Masa Kebangkitan Nasional: Makna politis
Pada dasawarsa 1920-an, nama Indonesia yang merupakan istilah ilmiah dalam etnologi dan geografi itu diambil alih oleh tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan tanah air kita, sehingga nama Indonesia akhirnya memiliki makna politis, yaitu identitas suatu bangsa yang memperjuangkan kemerdekaan. Akibatnya pemerintah Belanda mulai curiga dan waspada terhadap pemakaian kata ciptaan Logan itu. Pada tahun 1922 atas inisiatif Mohammad Hatta, seorang mahasiswa Handels Hoogeschool (Sekolah Tinggi Ekonomi) di Rotterdam, organisasi pelajar dan mahasiswa Hindia di Negeri Belanda, yang terbentuk tahun 1908 dengan nama Indische Vereeniging, berubah nama menjadi Indonesische Vereeniging atau Perhimpoenan Indonesia. Majalah mereka, Hindia Poetra, berganti nama menjadi Indonesia Merdeka.
Dalam satu tulisannya Bung Hatta menegaskan, “Negara Indonesia Merdeka yang akan datang (de toekomstige vrije Indonesische staat) mustahil disebut Hindia Belanda. Juga tidak Hindia saja, sebab dapat menimbulkan kekeliruan dengan India yang asli. Bagi kami nama Indonesia menyatakan suatu tujuan politik (een politiek doel), karena melambangkan dan mencita-citakan suatu tanah air di masa depan, dan untuk mewujudkannya tiap orang Indonesia (Indonesier) akan berusaha dengan segala tenaga dan kemampuannya.“
Sementara itu, di tanah air Dr. Sutomo mendirikan Indonesische Studie Club pada tahun 1924. Tahun itu juga Perserikatan Komunis Hindia berganti nama menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Lalu pada tahun 1925 Jong Islamieten Bond membentuk kepanduan Nationaal Indonesische Padvinderij (Natipij).
Itulah tiga organisasi di tanah air yang mula-mula menggunakan nama Indonesia. Akhirnya nama Indonesia dinobatkan sebagai nama tanah air, bangsa dan bahasa kita pada Kerapatan Pemoeda-Pemoedi Indonesia tanggal 28 Oktober 1928, yang kini kita sebut Sumpah Pemuda. Pada bulan Agustus 1939 tiga orang anggota Volksraad, Muhammad Husni Thamrin, Wiwoho Purbohadidjojo, dan Sutardji Kartohadikusumo, mengajukan mosi kepada Pemerintah Belanda agar nama “Indonesia” diresmikan sebagai pengganti nama “Nederlandsch- Indie”. Tetapi Belanda keras kepala sehingga mosi ini ditolak mentah-mentah namun masukkanya Jepang pada tanggal 8 Maret 1942 membuat Hindia Belanda ‘lenyap’ dan pada akhirnya tergantikan dengan Republik Indonesia.

Sumber:
- Google
- Http://absolutelyindonesia.com/sejarah-asal-usul-namaindonesia/

Sejarah Kota Semarang


Sejarah Semarang di Masa Kuno Kerajaan Indonesia
Awal Sejarah berdirinya kota Semarang dimulai pada masa dimana daerah ini masih menjadi sebuah bagian dari kerajaan Mataram Kuno. Pada masa itu, daerah Semarang yang masih bernama Pragota merupakan daerah khusus pelabuhan, dimana di bagian depan dari daerah ini adalah gugusan pulau-pulau kecil yang karena terjadi pengendapan mulai menyatu dan membentuk daratan. Bagian tersebut kemudian menjadi daerah yang lebih dikenal sebagai Semarang Bawah. Pelabuhan yang dulu sempat besar ini diperkirakan ada di tempat Pasar Bulu sekarang, dan terus terbentang hingga daerah Pelabuhan Simongan dimana pada tahun 1435 pernah menjadi tempat Cheng Ho menyandarkan kapal dan armadanya. Di tempat itu juga Cheng Ho mendirikan sebuah masjid dan kelenteng yang masih aktif dikunjungi masyarakat dan diberi nama Kelenteng Sam Po Kong yang berarti Gedung Batu.

Sejarah-Berdirinya-Kota-Semarang Sejarah Berdirinya Kota Semarang

Pangeran Made Pandan (Sunan Pandanaran I) tiba-tiba ditempatkan sebagai penyebar agama Islam oleh Kerajaan Demak pada akhir-akhir abad ke-15. Ketika masa Made Panda tiba, daerah Pragota tempat ia berdakwah menjadi semakin subur seiring dengan berjalannya waktu. Pada masa kesuburan inilah muncul sebuah pohon asam yang warnanya seperti arang, yang oleh masyarakat Jawa disebut Asem Arang, dan hal ini yang menjadikan Pragota berubah nama menjadi Semarang meskipun awalnya hanya menjadi gelar atau nama panggilan bagi daerah tersebut. Pendiri desa pertama daerah tersebut, Made Pandan diberi gelar Kyai Ageng Pandan Arang I dan dibuat sebagai kepala daerah. Ketika ia wafat, kepemimpinan berpindah tangan kepada putranya, dan diberi gelar Pandan Arang II dan nantinya mendapatkan gelar-gelar lain seperti Sunan Bayat, Ki Ageng Pandanaran, Sunan Pandanaran II, atau bahkan hanya Sunan Pandanaran.
Perkembangan Semarang pada masa pemerintahan Pandan Arang II mulai menunjukkan perubahan yang sangat drastis, dan perubahan ini menarik perhatian salah satu petinggi Pajang, yaitu Sultan Hadiwijaya. Mengingat daerah Semarang tersebut sudah memenuhi persyaratan untuk peningkatan daerah. Semarang kemudian diputuskan berubah menjadi Kabupaten pada tanggal 2 Mei tahun 1547 yang kebetulan pada waktu itu bertepatan dengan Peringatan Maulid Nabi Muhammad. Pengesahan daerah ini menjadi Kabupaten dilakukan oleh Sultan Hadiwijaya setelah sebelumnya melewati konsultasi panjang kepada Sunan Kalijaga, dimana kemudian tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai hari berdirinya kota Semarang.
Pada tahun 1678, Amangkurat II yang berasal dari Mataram berjanji untuk memberikan Semarang kepada pihak VOC. Perjanjian ini dibuat oleh Amangkurat untuk membayar hutang-hutangnya. Hingga ditahun 1705, akhirnya Semarang benar-benar diserahkan kepada pihak VOC sebagai imbalan setelah mereka membantu Pakubuwono I merebut Kartasutra. Mulai masa itu Semarang menjadi kota milik VOC yang kemudian berpindah tangan kepada pemerintah Hindia-Belanda. Pada tahun 1906 melalui Stanblat no. 120 dibentuklah pemerintahan kota besar dengan Burgemeester sebagai pemimpinnya, ia masih terus mengikuti Belanda sebelum kepemimpinannya berakhir pada tahun 1942 dikarenakan Jepang tiba di Indonesia.
Kebijakan yang telah diterapkan oleh Kota Semarang akhirnya berganti setelah kependudukan Jepang di Indonesia dimulai, sebab oleh Jepang pimpinan daerah diubah menjadi dibawah pimpinan pihak militer Jepang (Shico) yang didampingi dua wakil (Fuku Shico) dimana salah satunya adalah orang Jepang dan yang lainnya adalah orang Indonesia. Beberapa saat setelah proklamasi kemerdekaan terjadi, tepatnya pada tanggal 15 hingga 20 Oktober tahun 1945, beberapa tentara Jepang yang ada di Semarang bersikeras tidak mau memberikan kontrol akan kota tersebut kepada pasukan kemerdekaan. Akhirnya perang yang memperoleh sebutan Pertempuran Lima Hari ini memakan beberapa korban, dimana salah satu yang tewas adalah seorang dokter muda berbakat yang bernama dr. Kariadi. Tokoh-tokoh kunci pada perang ini adalah:
  • dr. Kariadi
    Dokter muda yang berniat untuk mengecek cadangan air ketika berhembus kabar bahwa Jepang berencana untuk meracuni air cadangannya. Ia tetap berniat untuk pergi padahal istrinya telah memohon untuk tetap tinggal di rumah.
  • Mr. Wongsonegoro
    Pada masa itu, Mr. Wongsonegoro merupakan Gubernur yang dipilih untuk daerah Jawa Tengah. Beliau sempat ditangkap oleh pasukan Jepang.
  • Dr. Sukaryo & Sudanco Mirza Sidharta
    Mereka berdua merupakan korban lain penangkapan pasukan Jepang, bersamaan dengan Mr. Wongsonegoro.
  • Mayor Kido
    Pemimpin Kidobutai pada masa itu, dimana pusat Kidobutai terletak di Jatingaleh.
  • Kasman Singodimejo
    Perwakilan yang diutus untuk menjembatani gencatan senjata.
  • Jenderal Nakamura
    Jenderal tawanan TKR di Magelang.
Sejarah berdirinya kota Semarang meskipun diwarnai merah darah karena pertempuran 5 hari, tetaplah menjadi bagian sejarah Indonesia. Demi memeringati kejadian tersebut, dibangunlah Tugu Muda yang diharapkan berperan sebagai pengingat kepada masyarakat Semarang tentang kejadian perang di masa lalu. Tugu ini dibangun pada tanggal 10 November 1950 dan diresmikan pada 20 Mei 1953.



Candi Borobudur

 Stupa Borobudur.jpg


Borobudur adalah sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Borobudur adalah candi atau kuil Buddha terbesar di dunia,[1][2] sekaligus salah satu monumen Buddha terbesar di dunia.[3]
Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.[4] Borobudur memiliki koleksi relief Buddha terlengkap dan terbanyak di dunia.[3] Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma).
Monumen ini merupakan model alam semesta dan dibangun sebagai tempat suci untuk memuliakan Buddha sekaligus berfungsi sebagai tempat ziarah untuk menuntun umat manusia beralih dari alam nafsu duniawi menuju pencerahan dan kebijaksanaan sesuai ajaran Buddha.[5] Para peziarah masuk melalui sisi timur memulai ritual di dasar candi dengan berjalan melingkari bangunan suci ini searah jarum jam, sambil terus naik ke undakan berikutnya melalui tiga tingkatan ranah dalam kosmologi Buddha. Ketiga tingkatan itu adalah Kāmadhātu (ranah hawa nafsu), Rupadhatu (ranah berwujud), dan Arupadhatu (ranah tak berwujud). Dalam perjalanannya ini peziarah berjalan melalui serangkaian lorong dan tangga dengan menyaksikan tak kurang dari 1.460 panel relief indah yang terukir pada dinding dan pagar langkan.
Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam.[6] Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia.[3]
Borobudur kini masih digunakan sebagai tempat ziarah keagamaan; tiap tahun umat Buddha yang datang dari seluruh Indonesia dan mancanegara berkumpul di Borobudur untuk memperingati Trisuci Waisak. Dalam dunia pariwisata, Borobudur adalah obyek wisata tunggal di Indonesia yang paling banyak dikunjungi wisatawan.

MENGENAL GAMELAN BALI

2.1         Sejarah Gamelan
          Di Bali di temukan sebuah prastasti yang menyebutkan ada istilah musik atau gamelan yaitu prastasti Bebetin yang antara lain bunyinya:
Pande mas, pande besi, pande tembaga, pemukul (juru tabuh benyi-bunyian), pagending (biduan), pabunjing (penari), papadaha (juru gepek), pabangsi (juru rebad), partapuka (tapel-topeng), parbwang (wayang) turun dipanglapuan Singhamandawa (di buat oleh pegawae di Singhamandawa), di bulan besksha (bulan ke X), hari pasaran Wijaya manggala, tahun caka 818 atau 896 Masehi, yaitu pada pemerintahan raja Ugrasena di Bali
          Dalam perkembangan-perkembangan sejarah di mana sejak abad ke VIII sampai pada abad ke XVIII adanya kontak antara Jawa dan Bali yang menyebabkan terbawanya banyak barang-barang kesenian, khususnya gamelan, kendatipun berupa instrument yang terpisah. Bentuk gamelan yang di buat dari besi. Dan bergai jenis-jenis Gong yang ada di Bali merupakan instrument kebudayaan Asia Tenggara yang tergolong kebudayaan Melayu Kuna. (Bandem I Made, 1986)
          Berarti gamelan yang ada di bali sudah ada sejak jaman dulu, karena dengan bukti adanya prastasti Bebetin yang berangka tahun 896 Masehi. Dan gamelan Bali dipengaruhi pula oleh kebudayaan dari Jawa. Berarti gamelan yang ada di Bali ini tidak murni dari Bali saja, namun sudah adannya instrument-instrumen gamelan dari Jawa. Makanya gamelan di Bali dengan di Jawa hamper mirib. Hanya saja nada yang di lantunkan berdeda-beda. Bila di cermati Gamelan di Bali lebih cepat di Bandingkan Gamelan yang ada di Jawa.  
2.2     Fungsi Gamelan Di Bali
          Ada  beberapa fungsi dari gamelan yang ada di Bali, diantaranya: berfungsi untuk mengiringi upacara keagamaan, hiburan, presentasi yang artistik, ( Bandem I Made. 1986:46). Dimana gamelan befungsi mengiri upacara yaitu gamelan mengiri upacara yang sedang di laksanakan. Dalam upacara Dewa Yajna  sudah pasti gamelan yang di pakai itu adalah Gong. Dan gong ini akan mengiringi jalannya pelaksaan upacara dengan berbai jenis tetabuhan, dan mengiringi tarian sakral yang di pentaskan pada saat upacara berlangsung. Dan dalam upacara Pitra Yajna  gamelan yang di gunakan itu adalah Angklung dan Gambang. Yang mengiri jalannya pelaksanaan upacara tersebut. Pada saat penguburan, pembakaran atau pada saat pengabenan. Dan fungsi gamelan sebagai hiburan, yaitu di adakannya pertunjukan gamelan, atau gamelan itu mengiringi tarian hiburan maka gamelan itu berfungsi sebagai hiburan karena dapat menghibur masyarakat. Dan sebagai presentasi artistik yaitu dengan mengadakan lomba-lomba guna menambah semangat serta wawasan dalam gamelan tabuh. Dan gamelan juga dapat befungsi sebagai pengiring sebuah tarian.
2.3      Jenis-Jenis Gamelan di Bali
          Banyak jenis gamelan yang di Bali yang di kelompokan ke dalam tiga kelompok, atau di golongan yaitu : gamelan tua, gamelan madya, dan gamelan baru.
Gamelan Tua, yaitu                      : Saron, Selonding Kayu, Gong Besi, Gong Luwang, Slonding Besi, Angklung Kalentang, Gender Wayang.
Gamelan Madya, yaitu    : Pengambuhan, Semarpagulingan, Pelegongan, Bebarongan, Joged Pingitan, Gong Gangsa jongkok, Babonangan, Rindik Gndrung.
Gamelan Baru, yang  yaitu       :      Pengarjaan, Gong kebyar, Pejangeran, Angklung bilah 7, Joged Bung-bung, Gong Suling. (Dokumentasi Tabuh-Tabuh Bali Klasik.2000:8)
2.3.1             Gamelan tua
2.3.1.1       Gamelan Gambang
              Gamelan ini yang  sering di pergunakan pada waktu upacara Pitra Yajna ”ngaben” di Bali. Dan kadangkala di Daerah-daerah Karangasem gamelan Gambang dapat di pergunakan untuk mengikuti upacara lainnya. (Dokumentasi Tabuh-Tabuh Bali Klasik.2000)
2.3.1.2       Saron
              Nama lain dari Gambelan Luang. Yang terdiri satu oktaf di pasang di atas resonator kayu yang di pukul dengan sebuah panggul seperti saron yang terdapat Gong Luang. . (Bandem Imade. 1986: 46).
2.3.1.3       Slonding Besi
              Gamelan sacral yang terbuat dari besi yang hanya terdapat di Daerah Karangasem yaitu di Desa Tenganan Pegringsingsn dan di Desa Bongaya. Kata Slonding berasal dari kata Salon dan Ning yang berarti tempat suci. Dan dilihat dari fungsinya bahwa gamelan Slonding adalah sebuah gamelan yang dikeramatkan atau disucikan. (Bandem Imade. 1986: 53). Suara Salonding Sakral sebagai Suara Pranawa. Gambelan Salonding adalah gambelan Kuno yang paling sakral dalam melengkapi upacara keagamaan (Hindu) di Bali yang berlaras pelog Sapta Nada, contohnya seperti Selonding yang ada di Trunyan, di Bugbug, Tenganan, Ngis Selumbung , Timbrah, Asak, Bungaya, Besakih, Selat, Bantang dan lain-lainnya.  Dalam konteks Desa Adat Bugbug, Selonding (yang disimpan di dekat Pura Piit Bugbug) ini selalu mengiringi prosesi upacara besar di Pura-pura di Bugbug, seperti Usaba Sumbu dan rangkaian Usaba Gumang di Bukit Juru. Dan Para penabuhnyapun bukanlah orang  sembarangan. Dan Selonding merupakan gamelan Bali yang usianya lebih tua dari gamelan-gamelan yang kini populer dipakai dalam kesenian maupun dalam upacara adat dan agama. Dan kebesaran dari Jaman Bali kuno, sampai pada akhir abad XX ini gambelan Salonding itu tetap mendapat tempat yang paling sakral dalam upacara agama. : http://forum.isi-dps.ac.id.
              Bahwa Gamelan Salonding dari masa ke masa, ternyata penggunaannya tidak pernah lepas dari kegiatan-kegiatan upacar  keagamaan masyarakat Bali, yang merupakan gamelan yang usianya tua dan di sakralkan. Karena tidak terdapat di semua Daerah yang ada di Bali, hanya terdapat di Daerah Karangasem.
2.3.1.4       Gambelan Gong Luwang
              Gamelan sacral yang di pergunakan untuk mengiringi upacara kematian (ngaben). Di Bali masih ada beberapa gamelan Luwang yang masih aktif yaitu di Desa Apuan, Sesah (Singapadhu-Gianyar), Tangkas (Klungkung), Krobokan (Badung), Kasiut (Tabanan), dan Gelulung (Sekawati-Gianyar). Bentuk gamelan Luwang sama dengan gamelan Gong Kebyar, yang hanya terdiri dari 8 atau 9 dari 25-30 instrument gong Kebyar. Dan gamelan Luwang terdiri dari lagu-lagu  (gending-gending), seperti: Ginada, Pandji Marga, Lilit, Kebo Dungkul, Angklungan dan yang lainnya. (Bandem I Made, 1986 : 34)
2.3.1.5       Gambelan Angklung
              Gamelan yang tergolong tua dan dipergunakan untuk mengiringi upacara upacara Ngaben. Nama angklung berasal dari angklung bambu sejenis instrument yang juga digunakan dalam barungan. Angklung mempunyai 4 bilah dan sekaligus mempunyai 4 nada. Dan ada pula jenis angklung yang mempergunakan 7 nada yang terdapat di Bali Utara, yang di sebebut dengan Gamelan tembang Kirang. Tembang kirang di samping untuk mengiringi upacar kematiaan juga di pergunakan untuk mengiringi tarian-tarian upacara seperti : Rejang dan Baris. (Bandem I Made. 1986 : 1). Gamelan aklung tergolong gamelan yang tua, dan bisa juga di katakana sacral karena memiliki fungsi yaitu mengiri upacara Pitra Yajna (ngaben). Dan hampir semua Daerah di Bali menggunakan gamelan Angklung untuk mengiri upacara kematian. 
2.3.1.6       Gender Wayang
               Adalah gamelan yang di pakai unutk mengiringi pertunjukan wayang kulit purwa di Bali. Gamelan gender wayang diklarifikasikan kedalam music golongan tua yang terdiri dari dua sampai empat buah gender, dengan memakai 10 bilah da berlaras slendro.  Dan jika untuk mengiringi wayang Wong, gender-gender tersebut di tambah dengan sepasang kendang, sebuah kempul, ceng-ceng, kajar, kelenang, dan beberapa alat pukulnya. Dan didalam  pertunjukan wayang kulit yang lengkap biasnya memakai kurang lebihnya 10 jenis motif gending. Dan ada pun jenis-jenis gending tersebut yaitu:
1        Petegak
          Di dalam gending-gending petegak ini terdiri dari berjenis-jenis komposisi Kuna dan Baru : gending Sekati, Sekar Genota, Sekar Sungsang, dan lain-lain.
2                Pemungkah
          Gending ini sangat panjang biasanya dari 45-60 menit dan terdiri dari bermacam-macam gending seperti : Gending Brayut, Tulang-Lindung, Jojor, Omang-omang. Pemungkah ini mengiringi dalang di dalam melakukan hal-hal seperti : pesembahyangan, pemungkah kropak, dalang memulai pertunjukan Wayang, dan dalang menaruh gunug di sebelqah kanan.
3               Petangkilan
          Dalam pertunjukan lengkapa dengan dua gending yaitu : Arum dan Rundah.
4               Pengalang Ratu
          Merupakan pendahuluan dan pengenalan masing-masing tokoh didalam pewayangan dan di pakai sebelum di alog di mulai.
5               Angkatan-angkatan
          Gending yang bebrbentuk astinato dan  terdiri dari 8 ketut.
6               Rebong
          Sebagai eksprisi romantic di dalam pewayangan, yang terdiri dari 2 yaitu tenang dan hidup.
7               Tangis
          Dalam mengiri suasana sedih dan ada dua macam yaitu : Masem yaitu gending suasana sedih dan Bendhu Semara, yaitu untuk mengiri tokoh keras dan gagah.
8               Tunjang
          Gending-gending ini berkarakter keras dan dipakai untuk mengiri para raksasa.
9               Banttel
          Lagu ini berbentuk ostinato yang terdiri dari dua nada. Suasanya sangat bersemangat dan di pakai untuk mengiri adengan perang.
10           Panyudamala
          Gending ini di mainkan setelah pertunjukan wayang, untuk pengeruwatan dan biasannya diawali dengan sebuah gending tabuh gari. (Bandem Imade. 1986: 19-21).
2.3.2         Gamelan Madya
2.3.2.1   Gamelan Gambuh
              Sebuah gamelan untuk mengiringi drama tari Gambuh, dan merupakan sumber dari beberapa gamelan yang ada di Bali. Seperti nada, gambelan Gambuh masih terdengar pada gamelan-gamelan lainnya seperti : Smarpagulingan, gamelan Pelegongan, gamelan Bebarongan, gamelan Pearjaan, gamelan Gong Kebyar dan yang lainnya. Dan gending-gending pada Gambuh terdiri dari dua ko komposisi, yaitu pengawak dan pengecet. Gending-gending Alus di pakai pada pengawak, dan di ikuti dengan pengcet atau bentuk-bentuknya A dan B. Sedangkan gending-gending keras di mulai denfan pengecet, pengawak. Dan pengecet atau yang di sebut dengan bebatuaran pengadeng. (Bandem Imade. 1986:11). Gamelan gambuh ini bisa dilongkan sebagai hiburan karena di lihat dari fungsinya yaitu : untuk mengiringi beberapa macam Drama Tari. Karena Drama Tari itu sifatnya hiburan atau yang biasa di katakana sebagi pertunjukaan. Gamelan Gambuh ini juga memiliki peran yang sangat penting Drama Tari yang sedang dipentaskan. Karena gamelan Gmabuh ini sebagi music pengiring dari cerita, yang memperkuat alur cerita. Misalnya dalam Drama  Tari Pengarjaan atau Drama Gong. Apabila yang keluar itu Raja atau Putri, maka gamelannya akan berbeda dengan yang lainnya. Biasanya lebih lembut. Namun kalau yang keluar itu adalah Agung Buduh, maka gamelannya pun akan keras.
2.3.2.2  Semarpagulingan.
              Adalah relasi untuk Raja-raja jaman dulu, teletak antara gamelan Gambuh dan Legong. Smarpegulingan di pakai untuk mengiringi Raja-raja sewaktu di peraduan yang juga mengiringi tari Legong dan Gandrung yang semula di lakuakan oleh abdi-abdi Raja. Gamelan Smarpegulingan memakai laras pelog 7 nada, terdiri dari 5 nada pokok dan 2 nada pemero. (Bandem Imade. 1986:52).
                Kesamaan unsur-unsur gamelan  pegambuhan dengan gamelan smar pagulingan yang paling menonjol adalah kesamaan ini secara otomatis  menyangkut sebagian besar unsur musikal terutama unsur lagu , pola melodi dan ritme,dinamika juga pola permainan instrumen-instrumen pengatur matra dan instrumen-instrumen ritmis. Kesamaan yang lain adalah penggunaan sebagian besar instrumen ritmis  dan pengatur matra.  Beda penggunaan instrumen dalam gamelan smarpagulingan dengan gamelan pengambuhan hanya terletak pada instrumen-instrumen melodisnya. Kalau gamelan pengambuhan menggunakan suling besar, gamelan smarpagulingan menggunakan trompong dan keluarga gang ( saron yang digantung) sebagai instrumen melodis. Rebab yang dalam gamelan pengambuhan  sebagai pemegang melodi pokok bersama-sama suling, dalam gamelan smarpagulingan hanya untuk memperkaya dan memperpanjang durasi melodi. Pola permainan rebab dan suling dalam gamelan smar pagulingan telah mempunyai pola tersendiri dalam merealisasi melodi-melodi pokok yang dimainkan oleh trompong.
              Trompong dan Gangsa sebagai instrumen melodis dalam gamelan Smarpagulingan dapat digunakan untuk memainkan hampir semua repertoar pengambuhan berikut dengan ragam patetnya. Trompong adalah instrumen bermoncol (masuk keluarga gong), yang ditempatkan berjejer mulai dari yang bernada  rendah hingga yang tertinggi. Dalam satu pangkon terdiri dari  14-16 moncol satu nada. Gamelan Smarpagulingan juga memiliki sistem pelarasan pelog tujuh nada ( saih pitu),ini berarti ada dua oktaf (gemyangan) nada dalam instrumen trompong tersebut.instrumen –instrumen keluarga gangsa mulai yang bernada terendah seperti jegogan,jublag,gangsa pemade,dan gangsa kantilan dalam satu pangkon hanya terdiri dari tujuh bila nada.
              Kesamaan jenis, bentuk fisik, ukuran instrumen dan fungsi terhadap perangkatnya secara langsung menyebabkan cara memainkannya juga sama. Lain halnya dengan instrumen melodis pada gamelan Smarpagulingan sangat berbeda dengan instrumen melodis gamelan pengambuhan, yang ini tentu menyebabkan cara permainan instrumen yang berbeda pula. Kalau dalam gamelan pengambuhan instrumen melodis pokok dimainkan dengan cara ditiup,dalam gamelan Smar Pagulingan instrumen melodis pokok(trompong) dimainkan dengan cara dipukul dengan sepasang panggul (alat pemukul) .
               Kesamaan bentuk musikal terutama repertuar lagu dan hubungkait antara gamelan Smarpegulingan dengan gambelan pegambuhan juga diperkuat oleh deskripsi yang terdapat dalam lontar Prakempa dan Aji Gurnita sebagai berikut:’’nyata gegambelan semar pegulingan ngaran semara aturu,gendingnya pegambuhan maka gegambelan barong singa’’(Dan itu gamelan semar pegulingan artingya atau bernama semara aturu,lagunya pegambuhan untuk mengiringi tari barong singa). gamelan semar pegulingan di Bali bukanlah gamelan khusus iringan tari tertentu. Gamelan semar pegulingan biasanya dimainkan sebagai musik protokoler pada upacara-upacara adat dan keagamaan selain itu tari barong singa.
               Adanya kesamaan hampir semua repertuar lagu pegambuhan dengan gamelan semar pegulingan bukan berarti gamelan semar pegulingan tidak memiliki ciri musikal. Perbedaaan jenis, bentuk, bahan, dan tekhnik permainan instrumen-instrumen melodi Smarpegulingan menyebabkan lagu-lagu pegambuhan menyesuaikan diri dengan medianya yang baru.
              Gamelann pegambuhan dan semar pegulingan sama-sama menganut sistem pelarasan pelog tujuh nada. Apabila gamelan pegambuhan mampu menurunkan lima macam patutan (patet). Kelima patet tersebut memiliki nama yang sama dengan tetekep yang ada pada gamelan pegambuhan yaitu patet slisir, tembung, sundaren, baro, dan patet lebeng. Prinsip patet kedua gamelan pada dasarnya sama, yaitu pada nada yang jumlahnya tujuh terbagi menjadi dua macam yaitu lima nada pokok dan dua nada pemero. Karakter masing-masing patet dalam gamelan Smarpegulingan kendatipun telah berbeda warna musikalnya dengan pegambuhan ternyata juga dapat menampilkan kesan yang serupa. Seperti misalnya patet slisir berkarakter halus,tembung berkarakter keras,dan patet sundaren berkarakter antara halus dan keras. www.smarpegulingan.com
              Jadi banyaknya unsur kesamaan antara gamelan Smarpegulingan dan gamelan Pegambuhan menyebabkan gamelan Smarpegulingan ini juga sering digunakan untuk mengiringi drama tari Gambuh. Bila dari fungsinya antara Smarpagilingan dengan Gambuh, yaitu Gamelan yang ditujukan guna mengiri Drama Tari dalam Gamelan Pegambuhan dan untuk mengiringi Raja-raja dalam  Smarpagulingan. Makan di antar keduanya memilki kesamaan dan dapat pula Smarpagulingan di pakai mengiri Drama Tari, seperti saat  Raja keluar.    http://www.smarpagulingan.isi-dps.ac.id.
                                                                                                                                                                                                             
2.3.2.3       Pelegongan.
                                  Gambelan pelegong yaitu salah barungan gamelan Bali yang biasanya dipakai untuk mengiringi tarian legong keraton. Gamelan ini memakai panca nada. Dan gamelan ini menyerupai Smarpagulingan dan Gambuh. Dan adapun gending-gending Lelegongan yang masih terpelihara, antaralain: Lasem, Pelayon, Candra Kanta, Kuntir, Kuntul, Jobog, Guak Macok, Legod Bawa, Tangis, Kupu-kupu Tarum, Brahmara, Semarandana, Gedung Melati, dan lagu-lagu lain seprti Gambangan.  (Bandem I Made. 1986:15)
             Kesatuan barungan ini terdiri dari pada jumlah alat-alat yang mempnyai nama-nama tersendiri dan fungsi terhadap kesatuan barungannya. Jenis alat yang pernah dipakai atau samapai kini masih dipergunakan untuk menjadikan barungan gamelan pelegongan.
            Gamelan pelegongan itu kalau dilihat bangun instrumennya kemudian bentuk-bentuk lagunya yang menunjukan ciri-ciri keasliannya ,maka dapatlah diyakinkan bahwa gamelan pelegongan itu tidak termasuk pada kelompok gamelan-gamelan jaman kono (gamelan tua) di Bali. Gamelan pelegongan itu baru ada setelah adanya gamelan semar pegulingan yang berlaras pelog tujuh nada.          
                    Dengan majunya perkembangan yang diiringi dengan gamelan gong kebyar menyebabkan gamelan pelegongan itu tedesak sehingga banyak yang dilebur dijadikan gamelan gong kebyar. Tari-tarian yang diiringi dengan lagu-lagu gong kebyar sebagian besar dasar-dasar tariannya diambil dari legong yang suah ada sebelumnya. http://www.pelegongan.isi-dps.ac.id.
  
2.3.2.4       Bebarongan.
              Pengikitut, tromping kecil atau gender kecil yang nadanya satu oktaf tinggi dari instrument yang mendahuluinya. (Bandem I Made. 1986:2). Gamelan Barong pada umumnya fungsinya untuk mengiri tarian Barong. Yang biasanya gamelan ini berisi cerita karena tarian barong ada yang bericita. Gamelan barong mengikuti cerita dari barong yang di tarikan. Pada saat perang maka gamelannya keras. (Bandem I Made. 1986:2).
2.3.2.5       Joged Pingitan.
              Joged Pingitan adalah gamelan bamboo yang berlaras pelog di pergunakan untuk mengiringi tari Joged Pingitan atau gandrung. Gamelan joged pingitan sama dengan gamelan Gandrung. ( Bandem I Made. 1986 : 14,44 ). Jadi gamela Jogen Pingitan, yang ditarikan di pura atau tempat yang tertentu, dan bukan untuk hiburan seperti tarian Joged yang biasa.
2.3.2.6       Gong Gangsa jongkok.
              Sebutan umum untuk instrument-instrumen seperti gender, giying, pemade, kantil, jublag, dan jegogan. Ada dua jenis gangsa yaitu gansa gantung(bilahnya di gantung) dan gangsa jongkok(bilahnya dipaku pada resonator). (Bandem I Made. 1986:17).
2.3.2.7       Babonangan.
              Nama lainnya adalah ponggang atau babonangan, sebuah barungan yang terdiri dari beberapa instrument pukul yang memakai pencon, seperti reong, trompong, kajar, kempli, kempur, dan gong. Gamelan bonang memakai dua buah kendang yang dimainkan memakai panggul. Adapun repertoire dari gamelan bonang ini ialah sejenis lagu-lagu gilak, dimana trompong baik fungsi sebagai pembawa melodi, kendang sebagai pemurde irama, kajar, kempli, kempur, dan gong sebagai pemangku lagu sedangkan reong memainkan kotekan. Gamelan bonang dipakai untuk mengiringi pawai adat. (Bandem I Made. 1986:4).
2.3.2.8       Rindik Gandrung.
               Rindik adalah gamelan bamboo yang berlaras pelog di pergunakan untuk mengiringi tari Gandrung atau Joged Pingitan. Dan Gandrung adalah Gamelan yang di pakai untuk mengiringi tarian Gandrung dimana gamelan ini sama bentuknya dengan Gamelan Joged Pingitan. ( Bandem I Made. 1986 : 14,44 ). Jadi gamelan Rindik Gandrung itu adalah gamelah yang di gunakan untuk mengiringi Tarian Gandrung atau Jogen Pingitan.
 
2.3.3             Gamelan Baru
2.3.3.1     Pengarjaan.
              Gamelan yang di gunakan unutk mengiri Drama Tari Arja. Dimana Gamelan ini merib dengan Gambuh atau Smarpagulingan. Karena dalam pengarjaan itu adalah drama tari yang berisi cerita-cerita  tentang istana senteris.
2.3.3.2       Gong kebyar.
              Sebuah barungan yang dipakai untuk mengiringi kebyar dan concert gamelan semata-mata tergolong music ciptaan baru. Kebyar timbul di singaraja sekitar tahun 1915, gong kebyar tak lain dari gong gede yang di hilangkan beberapa instrumennya, diantaranya ialah instrument trompong. Gangsa jongkok yang berbilah 5 dalam gong gede diubah menjadi gangsa gantung yang memakai 10 bilah. Cengceng yang terdiri dari 5-6 pangkon dalam gong gede, pada gong kebyar dipakai 1 pangkon saja. Kendang yang semula dimainkan dengan panggul kini diganti dengan tangan saja, sehingga berjenis-jenis perbendaharaan bunyi  kendang bisa di timbulkan. Gong kebyar menggunakan laras pelog 5nada, tetapi tiap-tiap instrument memakai 10-12 bilah. Bentuk lagu-lagu gong kebyar lebih bebas dari lagu-lagu klasik, kendatipun pada bagian-bagian tertentu masih di pergunakan hukum-hukum tabuh klasik seperti tabuh 2, tabuh 3, dan sebagainya.
2.3.3.3       Pejangeran.
              Gamelan Janger memakai laras Selendro, dengan laras gender wayang yang di pakai. Sedangkan dari reportoirennya diambil lagu-lagu janger. Dimana memakai instrumennya mengguanakqan 2 buah tangguh gender wayang, 2 buah kendang krumpung, 2 -4 buah suling, 1 buah kajar, 1 buah tawa-tawa, 1 buah kelenang, 1 buah rebana, 1 buah pangkong ceng-ceng. ( Bandem I Made. 1986 : 14 ).  Gamelan golongan Baru yang dipakai untuk mengiringi tari Janger, adalah sebuah tarian sosial di Bali.
2.3.3.4       Joged Bung-bung.
Gamelan yang tergolong baru, yang di gunakan untuk mengiringi tarian Joged Bumbung. Suatu tarian sosial di Bali, di mana seoarang penari wanita menjawat seorang penonton unutk di ajak menari di panggung.
Gamelan Joged Bungbung disebut juga gamelan gerakan tangan, karena pokok-pokok instrumennya adalh Gerantang, yaitu gender yang terbuat dari bamboo, berbentuk bung-bung dan memakai laras slendro 5 nada. Larasnya serupa dengan laras gamelan gender wayang. ( Bandem I Made. 1986 : 5 )
2.3.3.5       Gong Suling.
  Gamelan yang berisi barungan yang terdiri dari 30 buah suling, menirukan orkestrasi dari Gong Kebyar. Lagunya diambil dari reportoir Gong Kebyar dan dapt dipakai untuk mengiringi tari kebyar. Yang terdiri dari suling besar, menengah dan kecil, yang berfungsi sebagai jegogo, calung, pamade dan kantil dalam gamelan Gong Kebyar. ( Bandem I Made. 1986 : 25 )
2.3.4             Jenis-jenis gamelan yang lain.
2.3.4.1    Geguntangan.
  Gamelan yang dipakai untuk mengiringi Dramatari Arja. Sesuai dengan bentuk Arja yang mengutamakan melo Drama dan tembang, maka gamelan yang mengiringi sangat lirih pula, sehingga tembang-tembang itu dapat di dengar jelas oleh penonton.
2.3.4.2       Gerantang
  Gamelan yang tergolong baru yang digunakan untuk mengiringi tarian joget, suatu tarian sosial, dimana penari wanita menjawat seorang penonton untuk menari
2.3.4.3  Jegogan
Merupakan gender yang memakai nada yang terendah dalam gamelan. Ia memakai lima bilah yaitu ding, dong , deng, dung, dang. Jegogan dipukul dengan sebuah panggul yang dilapisi dengan karet. Didalam gamelan biasanya ada dua buah jegogan dan dibuat gumbang dan ngisep berfungsi sebagai pemangku lagu (Bandem.1986:27).
2.3.5        Bagian-bagian Gamelan
2.3.5.1   Ceng-ceng
Cymbala dengan ukuran yang berbeda-beda, seperti ceng-ceng besar, menengah, dan kecil. Pada gamelan gong Kebyar dan sejenisnya, ceng-ceng itu ditempelkan pada resonar yang dibuat dari kayu yang biasanya ada 3 sampai 4 pasang. Ceng-ceng berfungsi untuk mengikuti ritme kendang, sebagai pemurba irama dan mengatur dinamika lagu. (Bandem.1986:7).
2.3.5.2  Gangsa
Sebutan umum untuk instrument-intrumen seperti gender, giying, pemade, kantil, jublag, dan jegogan. Ada dua jenis gangsa yaitu gangsa gantung dan gangsa jongkok (Bandem.1986:17).
2.3.5.3  Gong
Sebutan umum dari berjenis-jenis gong dalam gamelan. Gong bentuknya bulat, dengan garis tengah dari 70 sampai 100cm dan dalam gamelan gong kuna atau gong kebyar ada dua jenis gong yaitu ageng (wadon) dan gong kecil (lanang). Gong dipergunakan untuk memberi prase akhir dari pada suatu lagu (Bandem.1986:22).
2.3.5.4   Kajar
  Gong kecil yang memakai pencon berfungsi untuk memegang mantra pada gemelan Bali.
2.3.5.5  Kendang
Sebuah instrumen yang berbentuk bulat panjang dan memakai pakelit didalamnya. Kendang itu dibuat dari kayu nangka, jati, atau seseh yang dibungkus dengan kulit pada kedua ujung dan dicencang dengan jangat. Fungsi kendang dalam gamelan Bali sebagai pemurba irama, mengatur cepat lambatnya lagu.
2.3.5.6   Reyong
            Deretan gong kecil diatas sebuah resonator kayu yang berjumlah 12. Reyong ini dimainkan oleh 4 orang dalam gamelan gong.
2.3.5.7   Suling
              sebuah instrument tiup yang memakai 6 buah lubang nada, dan 1 lubang pemanis untuk menimbulkan bunyi.
2.3.5.8    Terompong
              Deretan gong-gong kecil diatas resonator kayu yang biasa terdiri dari 10-14 buah gong, seperti yang terlihat dalam gamelan gong. Dan terompong berfungsi membawa lagu.
 
Sumber:
-Google
-Wikipedia

BAHASA INGGRIS BISNIS 2

TUGAS 3 LISTENING TEST D                 11. C              21. A A                 12. C              22. C D                 13. D  ...